Tampilkan postingan dengan label ILMU PENGETAHUAN. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ILMU PENGETAHUAN. Tampilkan semua postingan

Teuku Markam

@Teuku Markam
Teuku Markam turunan uleebalang. Lahir tahun 1925. Ayahnya Teuku Marhaban. Kampungnya Seuneudon dan Alue Capli, Panton Labu Aceh Utara. Sejak kecil Teuku Markam sudah menjadi yatim piatu. Ketika usia 9 tahun, Teuku Marhaban meninggal dunia. Sedangkan ibunya telah lebih dulu meninggal. Teuku Markam kemudian diasuh kakaknya Cut Nyak Putroe. Sempat mengecap pendidikan sampai kelas 4 SR (Sekolah Rakyat).

Teuku Markam tumbuh lalu menjadi pemuda dan memasuki pendidikan wajib militer di Koeta Radja (Banda Aceh sekarang) dan tamat dengan pangkat letnan satu. Teuku Markam bergabung dengan Tentara Rakyat Indonesia (TRI) dan ikut pertempuran di Tembung, Sumatera Utara bersama-sama dengan Jendral Bejo, Kaharuddin Nasution, Bustanil Arifin dan lain-lain. Selama bertugas di Sumatera Utara, Teuku Markam aktif di berbagai lapangan pertempuran. Bahkan ia ikut mendamaikan clash antara pasukan Simbolon dengan pasukan Manaf Lubis.

Sebagai prajurit penghubung, Teuku Markam lalu diutus oleh Panglima Jenderal Bejo ke Jakarta untuk bertemu pimpinan pemerintah. Oleh pimpinan, Teuku Markam diutus lagi ke Bandung untuk menjadi ajudan Jenderal Gatot Soebroto. Tugas itu diemban Markam sampai Gatot Soebroto meninggal dunia.

Adalah Gatot Soebroto pula yang mempercayakan Teuku Markam untuk bertemu dengan Presiden Soekarno. Waktu itu, Bung Karno memang menginginkan adanya pengusaha pribumi yang betul-betul mampu menghendel masalah perekonomian Indonesia. Tahun 1957, ketika Teuku Markam berpangkat kapten (NRP 12276), kembali ke Aceh dan mendirikan PT Karkam. Ia sempat bentrok dengan Teuku Hamzah (Panglima Kodam Iskandar Muda) karena "disiriki" oleh orang lain. Akibatnya Teuku Markam ditahan dan baru keluar tahun 1958. Pertentangan dengan Teuku Hamzah berhasil didamaikan oleh Sjamaun Gaharu.

Keluar dari tahanan, Teuku Markam kembali ke Jakarta dengan membawa PT Karkam. Perusahaan itu dipercaya oleh Pemerintah RI mengelola pampasan perang untuk dijadikan dana revolusi. Selanjutnya Teuku Markam benar-benar menggeluti dunia usaha dengan sejumlah aset berupa kapal dan beberapa dok kapal di Palembang, Medan, Jakarta, Makassar, Surabaya. Bisnis Teuku Markam semakin luas karena ia juga terjun dalam ekspor - impor dengan sejumlah negara. Antara lain mengimpor mobil Toyota Hardtop dari Jepang, besi beton, plat baja dan bahkan sempat mengimpor senjata atas persetujuan Departemen Pertahanan dan Keamanan (Dephankam) dan Presiden.

Komitmen Teuku Markam adalah mendukung perjuangan RI sepenuhnya termasuk pembebasan Irian Barat serta pemberantasan buta huruf yang waktu itu digenjot habis-habisan oleh Soekarno. Hasil bisnis Teuku Markam konon juga ikut menjadi sumber APBN serta mengumpulkan sejumlah 28 kg emas untuk ditempatkan di puncak Monumen Nasional (Monas). Sebagaimana kita tahu bahwa proyek Monas merupakan salah satu impian Soekarno dalam meningkatkan harkat dan martabat bangsa.

Peran Teuku Markam menyukseskan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asia Afrika tidak kecil berkat bantuan sejumlah dana untuk keperluan KTT itu.

Teuku Markam termasuk salah satu konglomerat Indonesia yang dikenal dekat dengan pemerintahan Soekarno dan sejumlah pejabat lain seperti Menteri PU Ir Sutami, politisi Adam Malik, Soepardjo Rustam, Kaharuddin Nasution, Bustanil Arifin, Suhardiman, pengusaha Probosutedjo dan lain-lain. Pada zaman Soekarno, nama Teuku Markam memang luar biasa populer. Sampai-sampai Teuku Markam pernah dikatakan sebagai kabinet bayangan Soekarno.

Sejarah kemudian berbalik. Peran dan sumbangan Teuku Markam dalam membangun perekonomian Indonesia seakan menjadi tiada artinya di mata pemerintahan Orba. Ia difitnah sebagai PKI dan dituding sebagai koruptor dan Soekarnoisme. Tuduhan itulah yang kemudian mengantarkan Teuku Markam ke penjara pada tahun 1966. Ia dijebloskan ke dalam sel tanpa ada proses pengadilan. Pertama-tama ia dimasukkan tahanan Budi Utomo, lalu dipindahkan ke Guntur, selanjutnya berpindah ke penjara Salemba Jln Percetakan Negara. Lalu dipindah lagi ke tahanan Cipinang, dan terakhir dipindahkan ke tahanan Nirbaya, tahanan untuk politisi di kawasan Pondok Gede Jakarta Timur. Tahun 1972 ia jatuh sakit dan terpaksa dirawat di RSPAD Gatot Subroto selama kurang lebih dua tahun.

Peralihan kekuasaan dari Soekarno ke Soeharto membuat hidup Teuku Markam menjadi sulit dan prihatin. Ia baru bebas tahun 1974. Ini pun, kabarnya, berkat jasa- jasa baik dari sejumlah teman setianya. Teuku Markam dilepaskan begitu saja tanpa ada konpensasi apapun dari pemerintahan Orba. "Memang betul, saat itu Teuku Markam tidak akan menuntut hak- haknya. Tapi waktu itu ia kan tertindas dan teraniaya," kata Teuku Syauki Markam, salah seorang putra Teuku Markam.

Soeharto selaku Ketua Presidium Kabinet Ampera, pada 14 Agustus 1966 mengambil alih aset Teuku Markam berupa perkantoran, tanah dan lain-lain yang kemudian dikelola PT PP Berdikari yang didirikan Suhardiman untuk dan atas nama pemerintahan RI. Suhardiman, Bustanil Arifin, Amran Zamzami (dua orang terakhir ini adalah tokoh Aceh di Jakarta) termasuk teman-teman Markam. Namun tidak banyak menolong mengembalikan asset PT Karkam. Justru mereka ikut mengelola aset-aset tersebut di bawah bendera PT PP Berdikari. Suhardiman adalah orang pertama yang memimpin perusahaan tersebut. Di jajaran direktur tertera Sukotriwarno, Edhy Tjahaja, dan Amran Zamzami. Selanjutnya PP Berdikari dipimpin Letjen Achmad Tirtosudiro, Drs Ahman Nurhani, dan Bustanil Arifin SH.

Pada tahun 1974, Soeharto mengeluarkan Keppres N0 31 Tahun 1974 yang isinya antara lain penegasan status harta kekayaan eks PT Karkam/PT Aslam/PT Sinar Pagi yang diambil alih pemerintahan RI tahun 1966 berstatus "pinjaman" yang nilainya Rp 411.314.924,29 sebagai penyertaan modal negara di PT PP Berdikari. Kepres itu terbit persis pada tahun dibebaskannya Teuku Markam dari tahanan.

Proyek Bank Dunia

Sekeluar dari penjara, tahun 1974, Teuku Markam mendirikan PT Marjaya dan menggarap proyek-prorek Bank Dunia untuk pembangunan infrastruktur di Aceh dan Jawa Barat. Tapi tidak satupun dari proyek-proyek raksasa yang dikerjakan PT Marjaya baik di Aceh maupun di Jawa Barat, mau diresmikan oleh pemerintahan Soeharto. Proyek PT Marjaya di Aceh antara lain pembangunan Jalan Bireuen - Takengon, Aceh Barat, Aceh Selatan, Medan-Banda Aceh, PT PIM dan lain-lain.

Teuku Syauki menduga, Rezim Orba sangat takut apabila Teuku Markam kembali bangkit. Untuk itulah, kata Teuku Syauki, proyek-proyek Markam "dianggap" angin lalu.

Teuku Markam meninggal tahun 1985 akibat komplikasi berbagai penyakit di Jakarta. Sampai akhir hayatnya, pemerintah tidak pernah merehabilitasi namanya. Bahkan sampai sekarang.

Penyumbang Emas Monas

Ternyata 38 kg emas yang dipajang di puncak tugu Monumen Nasional (Monas) Jakarta, 28 kg di antaranya adalah sumbangan dari Teuku Markam , salah seorang saudagar Aceh yang pernah menjadi orang terkaya Indonesia.

Orang-Orang hanya tahu bahwa emas tersebut memang benar sumbangan saudagar Aceh. Namun tak banyak yang tahu, bahwa Teuku Markamlah saudagar yang dimaksud itu.

Itu baru segelintir karya Teuku Markam untuk kepentingan negeri ini. Karya lainnya, ia pun ikut membebaskan lahan Senayan untuk dijadikan pusat olah raga terbesar Indonesia. Tentu saja banyak bantuan-bantuan Teuku Markam lainnya yang pantas dicatat dalam memajukan perekonomian Indonesia di zaman Soekarno, hingga menempatkan Markam dalam sebuah legenda.

Di zaman Orba, karyanya yang terbilang monumental adalah pembangunan infrastruktur di Aceh dan Jawa Barat. Jalan Medan-Banda Aceh, Bireuen-Takengon, Meulaboh, Tapaktuan dan lain-lain adalah karya lain dari Teuku Markam yang didanai oleh Bank Dunia. Sampai sekarang pun, jalan-jalan itu tetap awet. Teuku Markam pernah memiliki sejumlah kapal, dok kapal di Jakarta, Makassar, Medan, Palembang. Ia pun tercatat sebagai eksportir pertama mobil Toyota Hardtop dari Jepang. Usaha lain adalah mengimpor plat baja, besi beton sampai senjata untuk militer.

Mengingat peran yang begitu besar dalam percaturan bisnis dan perekonomian Indonesia, Teuku Markam pernah disebut-sebut sebagai anggota kabinet bayangan pemerintahan Soekarno. Peran Markam menjadi runtuh seiring dengan berkuasanya pemerintahan Soeharto. Ia ditahan selama delapan tahun dengan tuduhan terlibat PKI. Harta kekayaannya diambil alih begitu saja oleh Rezim Orba. Pernah mencoba bangkit sekeluar dari penjara, tapi tidak sempat bertahan lama. Tahun 1985 ia meninggal dunia. Aktivitas bisnisnya ditekan habis-habisan. Ahli warisnya hidup terlunta-lunta sampai ada yang menderita depresi mental. Hingga kekuasaan Orba berakhir, nama baik Teuku Markam tidak pernah direhabilitir. Anak-anaknya mencoba bertahan hidup dengan segala daya upaya dan memanfaatkan bekas koneksi-koneksi bisnis Teuku Markam. Dan kini, ahli waris Teuku Markam tengah berjuang mengembalikan hak-hak orang tuanya.

#Kisah Orang Yang Menyumbang Emas Tugu Monas ! by ocky_de_larocha
@Teuku Markam [www.faceminang.com]

[Biografi Aktor Teater] Mathias Muchus

Mathias Muchus mengawali karirnya di panggung teater sebagai aktor, namun ia lebih dikenal sebagai pemain film dikarenakan sudah begitu banyak judul film yang ia perankan. Awal karirnya di film di mulai dengan ikut bermain sebagai pemeran pembantu dalam film Perkawinan tahun 1983 arahan sutradara Wim Umboh.

Pada akhir tahun 1982, dengan lawan mainnya aktris Meriam Bellina, ia mendapat kepercayaan dari sutradara Ami Prijono untuk menjadi pemeran utama dalam film Roro Mendut. Tahun berikutnya, 1983 ia ikut bermain sebagai pemeran pembantu dalam film Satria Bergitar. Kemampuan aktingnya terus dipacu lewat beberapa film yang dibintanginya, sehingga dalam FFI 1986, ia masuk nominasi sebagai Pemeran Utama Pria Terbaik lewat film Beri Aku Waktu yang disutradarai oleh Buce Malawau. Dan akhirnya prestasi tertinggi di dunia film Indonesia dicapainya pada FFI 1988, ketika ia dinobatkan sebagai Pemeran Utama Pria Terbaik dalam film Istana Kecantikan yang disutradarai Wahyu Sihombing.

Prestasi Mathias Muchus juga mencuat dalam film Cintaku di Way Kambas, dimana ia masuk nominasi sebagai Pemeran Utama Pria Terbaik FFI 1991. Mathias Muchus juga tercatat sebagai pemeran utama film dokumenter The Migrant tahun 1981 karya sutradara Italo Costa, dan film Nyanyian Widar. Belakangan ia banyak berkiprah /sinetron. Dimulai pada tahun 1986-1989 lewat peran utamanya serial Losmen yang digandrungi pemirsa TVRI. Kemudian berlanjut dengan mini seri Guruku Tercinta tahun 1993, serial Naga Bonar tahun 1996 dan Tahta tahun1996.

Meskipun usianya telah mencapai mencapai 50 tahun, namun ia masih terlihat bugar. Ketika ditanyakan apa resep mempertahankan kebugaran tubuhnya, ia mengatakan rajin naik sepeda. Sebagai seorang aktor Mathias Muchus sadar untuk menjaga kebugaran tubuhnya, karena itulah hampir setiap pagi ia bersepeda hingga puluhan kilometer. Baginya bersepeda bersepada tak sekedar untuk olahraga, bahkan ia juga serius menjadi manajer tim Ikatan Penggemar Balap Sepeda Jakarta pada Aspirin Tour D’ISSI.

Mathias Muchus kini sudah jarang sekali terlibat dalam pementasan teater, namun ia menyalurkan kesukaannya akan teater dengan menjadi salah seorang pengajar di almamaternya Institut Kesenian Jakarta jurusan teater. Mathias Muchus beristirikan Mira Lesmana, produser dan sutradara film, telah dikarunia dua orang anak.

Nama : Mathias Muchus

Lahir : Pagar Alam, Sumatera Selatan, 15 Februari 1957

Pendidikan : Fakultas Seni Pertunjukan Departemen Teater Jurusan Seni Peran Institus Kesenian Jakarta (1986)

Profesi :Aktor Teater dan Film, Dosen pada Institut Kesenian Jakarta

Filmografi :
The Migrant (1981),
Perkawinan (1983),
Roro Mendut (1983),
Satria Bergitar (1984),
Pertunangan (1985),
Matahari-matahari (1985),
Opera Jakarta (1985),
Beri Aku Waktu (1986),
Pernikahan Dini (1987),
Johny Indo,
Istana Kecantikan (1988),
Selamat Tinggal Jeanette,
Penginapan Bu Broto,
Cinta Punya Mau,
Kipas-Kipas Cari Angin,
Kemesraan (1989),
Cintaku Di Way Kambas (1991),
Wanita,
Jangan Renggut Cintaku
Petualangan Sherina (2000),
Petualangan 100 Jam (2004),
Romantic (2004),
Denias Senandung Di Atas Awan (2006),
Laskar Pelangi (2008),
Queen Bee (2009),
Sang Pemimpi (2009),
Rindu Purnama
(Sutradara, 2010)

Sinetron :
Losmen (1986-1989),
Guruku Tercinta (1993),
Nagabonar (1996),
Tahta (1996)

Penghargaan :
Piala Citra pada Festival Film Indonesia di tahun 1988 sebagai aktor terbaik di film Istana Kecantikan

Source

Berita terakhir yang beredar Mathius Muchus jadi Sutradara yang mana Pilem Perdananya adalah film yang berjudu Rindu Purnama.

[Sejarah] Susunan Keyboard

Pernahkah kalian berpikir mengapa susunan keyboard yang sehari-hari yang umumnya kita gunakan dibuat dengan susunan yang seperti itu. Dan apakah menurut kamu apakah susunan yang seperti itu merupakan yang paling efisien yang pernah dibuat sehingga kita akan lebih mudah dan cepat untuk kita mengetik. Begini, susunan keyboard yang dipakai umum sekarang ini (QWERTY) sebenarnya adalah salah satu susunan yang paling tidak efisien yang ditujukan agar kita-kita dapat mengetik dengan lebih lambat. Mengapa demikian? Ini dia sejarah susunan keyboard.

Hal ini berkaitan dengan sejarah mesin ketik yang ditemukan lebih dulu oleh Christopher Latham Sholes (1868). Saat menciptakan mesin ketik prototype sebelumnya, malah sangat memungkinkan kita untuk mengetik dengan lebih cepat. Terlalu cepatnya kemungkinan dalam mengetik tersebut, sampai- sampai sering timbul masalah pada saat itu. Seringkali saat tombol ditekan, batang-batang huruf (slug) yang menghentak pita itu mengalami kegagalan mekanik, yang lebih sering diakibatkan karena batang-batang itu saling mengait (jamming).

Karena bingung memikirkan solusinya pada saat itu, Christopher Latham Sholes justru mengacak-acak urutan itu demikian rupa sampai ditemukan kombinasi yang dianggap paling sulit untuk digunakan dalam mengetik. Tujuannya jelas, untuk menghindari kesalahan-kesalahan mekanik yang sering terjadi sebelumnya.


Akhirnya susunan pada mesin ketik inilah yang diturunkan pada keyboard sebagai input komputer dan pada tahun 1973 diresmikan sebagai keyboard standar ISO (International Standar Organization). Sebenarnya ada beberapa standar susunan keyboard yang dipakai sekarang ini. Sebut saja ASK (American Simplified Keyboard), umum disebut DVORAK yang ditemukan oleh Dr. August Dvorak sekitar tahun 1940.
Secara penelitian saat itu, susunan DVORAK memungkinkan kita untuk mengetik dengan lebih efisien. Tetapi mungkin karena terlambat, akhirnya DVORAK harus tunduk karena dominasi QWERTY yang sudah terjadi pada organisasi-organisasi dunia saat itu dan mereka tidak mau menanggung resiko rush apabila mengganti ke susunan keyboard DVORAK.

Satu-satunya pengakuan adalah datang dari ANSI (American National Standard Institute) yang menyetujui susunan keyboard Dvorak sebagai versi alternatif di sekitar Tahun 1970. Susunan keyboard lainnya yang masih perkembangan dari susunan QWERTY adalah QWERTZ yang dipakai di negara seperti Hungaria, Jerman, Swiss, dll. AZERTY oleh negara Prancis dan Belgia, QZERTY, dll. 

[www.apakabardunia.com]
[indofiles.org]

Otak kanan atau kiri, mana yang lebih baik ?

Otak kanan atau kiri ?, untuk yang satu ini sepertinya sangat susah untuk dijawab, mengingat otak kanan maupun otak kiri mempunyai fungsi yang berbeda. Akan tetapi, menurut para ahli, sebagian besar orang di dunia hidup dengan lebih mengandalkan otak kirinya.

Doug Hall mengatakan, dominasi kerja otak orang mempengaruhi kepribadian :

Si otak kanan :
Humoris, simple, menyenangkan, boros, lebih percaya intuisi, berantakan-kacau, ide = ekspresi diri, lebih memilih perasaan sebagai solusi masalah, suka bertualang, bermimpi besar, tukang sorak, “pelanggar aturan”, bebas, spontan.

Si otak kiri :
Serius, rumit, membosankan, hemat, lebih percayai fakta, rapi-terorganisir, ide = profitabilitas, lebih memilih keilmuan, hati-hati, berpengetahuan umum, pendukung diam, pembuat aturan, konservatif, mudah ditebak.


Mana yang dulu digunakan Otak Kanan atau Otak Kiri?
Anda si Otak Ekstrem Kanan atau Si Ekstrem Otak Kiri atau Si Otak Seimbang? Mana dulu yang sebaiknya digunakan, Otak Kanan dulu baru Otak Kiri atau sebaliknya? Ingat cerita : bagaimana awalnya Archimides mengungkap tentang massa jenis? Mana dulu yang digunakan Archimides otak kanan atau otak kirinya? Bagaimana awalnya Newton mengungkap tentang gravitasi? Mana dulu yang digunakan Newton, otak kanan atau kiri? Bagaimana awalnya Einstein dengan teori relativitasnya? Mana dulu yang digunakan Einstein, otak kanan atau otak kiri? Atau ide menjual air di negeri yang penuh air (AQUA) oleh Tirto Utomo? Mana yang digunakan Tirto Utomo, otak kanan atau otak kirinya? Ketika dia menjual air minum 250 mm seharga Rp 500,00; sementara PDAM menjual air bersih seribu liter seharga Rp 2 ribu?

Ingat cerita George Eastment, pendiri Eastment Kodak, menyatakan bahwa merek "Kodak" yang melegenda itu, huruf "K", muncul secara intuitif. Sam Walton, pendiri Walt Mart, menggunakan intuisinya ketika mendirikan sebuah toko pada tahun 1962, kini dia memiliki 1.300 toko. John Mihalasky dan E Douglas Dean menemukan bahwa 80% CEO yang sukses memiliki intuisi di atas rata-rata.

Dr. Makoto Shichida, seorang spesialis perkembangan anak balita, dalam bukunya Right Brain Education in Infancy menjelaskan sebuah hasil studi di Nippon Medical Center oleh Prof. Shinagawa terhadap seorang anak yang bernama Yuka Hatano. Yuka Hatano adalah seorang juara dunia menghitung cepat, yang mampu menghitung 16 digit soal LEBIH CEPAT daripada kalkulator ! Ketika Yuka melakukan perhitungan tersebut, melalui PET scan terlihat bahwa yang mengendalikan fungsi otaknya adalah otak kanan bagian belakang. Di sekolah Shichida, saya (Shinagawa) melihat bagaimana anak-anak SD mampu membaca 1 jilid buku hanya dalam waktu 3-5 menit saja, dan dia tahu persis apa isi buku yg dibacanya. Menurutnya, dia seperti memotret atau men-dowload tiap-tiap halaman buku tsb, dan ketika ditanya, dia akan membuka tiap-tiap halaman bukunya di dalam otaknya untuk mencari jawabannya dengan cepat.
Otak Kiri – Otak Kanan
Aku dan Otak Kanan | Heri Noto | Juli 14, 2008 at 04:57
________________________________________
Seorang guru yang mengajar berhitung untuk kelas 3 SD, Masuk kelas dengan malas. ”Anak-anak, sekarang kita belajar berhitung,” kata guru. ”Jumlahkan bilangan : 1+2+3+4+5+6+7+…. dan seterusnya sampai terakhir tambah 2000 !” perintah guru. Guru tersebut berfikir bahwa anak-anak tidak akan mempu menyelesaikan tugas tersebut, yaitu menjumlahkan bilangan dari 1 sampai 2000 dalam waktu 2 jam – bahkan jika pakai kalkulator sekalipun. Sehingga guru tersebut dapat duduk-duduk santai saja. Tetapi tidak. Hanya dalam waktu sekitar 1 menit, seorang murid mengacungkan tangan dan berkata ”Saya bisa, saya sudah selesai”. Guru tersebut kaget, ”Mana mungkin,” pikirnya. Tetapi murid tersebut memang bisa, dan benar. Ia mengatakan jawaban dari soal itu adalah 2.001.000. Bagaimana caranya?
Murid itu mampu menyelesaikan tugasnya dengan baik dan cepat karena menggunakan otak kanan dan otak kiri secara harmonis. Otak kiri berpikir dengan cara urut, bagian perbagian, dan logis. Sementara otak kanan melengkapinya dengan cara berpikir acak, holistik, dan kreatif.
Coba kita perhatikan cara murid itu menggunakan otak kiri dan otak kanannya sebagai berikut. Pertama, tuliskan kebali soal berhitung di atas sebagai berikut.

1+2+3+4+…. ….+1997+1998+1999+2000 = ….. ?

Pada saat kita mencoba menggunakan otak kiri saja, pasti sulit. Tapi coba gunakan otak kanan yang acak, … jumlahkan yang pertama dan terakhir. Kita peroleh :

1 + 2000 = 2001
2 + 1999 = 2001
3 + 1998 = 2001
4 + 1997 = 2001 dan seterusnya.

Sehingga kita peroleh jawaban 2001 x 1000 = 2.001.000

Dalam proses belajar atau kehidupan sehari-hari, orang sering hanya menggunakan setengah kemampuannya saja yaitu otak kiri. Saat kita belajar di sekolah misalnya, kita biasa dituntut untuk berpikir urut dan logis saja. Tetapi, seperti telah kita lihat dalam contoh anak kelas 3 SD di atas, kita perlu menggunakan setengah kemampuan yang lainnya yaitu otak kanan. Kita memang perlu keberanian untuk mencoba menggunakan otak kanan yang berpikir secara acak, menyeluruh dan kreatif itu. Sebagimana seekor burung dapat terbang bebas menggunakan dua sayapnya, sayap kiri dan kanan. Demikian juga kita, manusia dapat menerbangkan kecerdasan otak, kecerdasan berpikir setinggi langit dengan sayap-sayapnya, otak kiri dan otak kanan.
Ada sebuah test menarik yang saya ambil dari situs The Daily Telegraph, sebuah test yang menguji otak mana yang sedang Anda gunakan. Coba perhatikan gambar penari di bawah ini. Apakah Anda melihat penari tersebut berputar searah jarum jam? Ataukah malah sebaliknya?
Apabila Anda melihatnya berputar searah jarum jam, berarti Anda lebih banyak menggunakan otak kanan Anda, begitu juga sebaliknya. Nah setelah itu fokus dan cobalah merubah arah putaran untuk memberikan kesempatan kepada bagian lain otak Anda untuk bekerja. Ayo… Anda pasti bisa!

Otak kiri vs otak kanan by yapim

[BIOGRAFI] AJIP ROSIDI

Ajip Rosidi, anak sulung, ayah Dayim Sutawiria (1917-1990) dan ibu Hj. Sitti Konaah (1921-2000). Lahir: 31 Januari 1938 di Jatiwangi, Majalengka, Jawa Barat, Indonesia. Pendidikan: Sekolah Rakyat 6 tahun di Jatiwangi (1950), Sekolah Menengah Pertama Negeri VIII Jakarta (1953), Taman Madya, Taman Siswa Jakarta (1956, tidak tamat). Selanjutnya otodidak. Menikah (1955) dengan Fatimah Wirjadibrata, mempunyai anak Hj. Nunun Nuki Aminten (1956), Hj. Titi Surti Nastiti (1957), H. Uga Percéka (1959), H. Nundang Rundagi (1961), H. Rangin Sembada (1963) dan Hj. Titis Nitiswari (1965).

AJIP ROSIDI (dibaca: Ayip Rosidi) mula-mula menulis karya kreatif dalam bahasa Indonesia, kemudian telaah dan komentar tentang sastera, bahasa dan budaya, baik berupa artikel, buku atau makalah dalam berbagai pertemuan di tingkat regional, nasional, maupun internasional. Ia banyak melacak jejak dan tonggak alur sejarah sastera Indonesia dan Sunda, menyampaikan pandangan tentang masalah sosial politik, baik berupa artikel dalam majalah, berupa ceramah atau makalah. Dia juga menulis biografi seniman dan tokoh politik. Pendidikan formalnya SD di Jatiwangi (1950), SMP di Jakarta (1953) dan Tainan Madya di Jakarta (tidak tamat, 1956), selanjutnya otodidak.

Ia mulai mengumumkan karya sastera tahun 1952, dimuat dalam majalah-majalah terkemuka pada waktu itu seperti Mimbar Indonesia, Gelanggang/Siasat, Indonesia, Zenith, Kisah dll. Menurut penelitian Dr. Ulrich Kratz (1988), sampai dengan tahun 1983, Ajip adalah pengarang sajak dan cerita pendek yang paling produktif (326 judul karya dimuat dalam 22 majalah).

Bukunya yang pertama, Tahun-tahun Kematian terbit ketika usianya 17 tahun (1955), diikuti oleh kumpulan sajak, kumpulan cerita pendek, roman, drama, kumpulan esai dan kritik, hasil penelitian, dll., baik dalam bahasa Indonesia maupun Sunda, yang jumlahnya kl. seratus judul.

Karyanya banyak yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa asing, dimuat dalam bungarampai atau terbit sebagai buku, a.l. dalam bahasa Belanda, Cina, Inggris, Jepang, Perands, Kroatia, Rusia, dll. Bukunya yang dalam bahasa Sunda, a.l. Kanjutkundang (bungarampai sastera setelah perang disusun bersama Rusman Sutiasumarga, 1963), Beber Layar! (1964), Jante Arkidam (1967), DurPanjak! (1967), Ngalanglang K.asusastran Sunda (1983), Dengkleung De’ngde’k (1985), Polemik Undak-usuk Basa Sunda (1987), Haji Hasan Mustapajeung Karya-karyana (1988), Hurip Waras! (1988), Pancakaki (1996), Cupumanik Astagina (1997), Eundeuk-eundeukan (1998), Trang-trang Kolentrang (1999), dll.

Ia juga mengumpulkan dan menyunting tulisan tersebar Sjafruddin Prawiranegara (3 jilid) dan Asrul Sani (Surat-surat Kepercayaan, 1997). Ketika masih duduk di SMP men-jadi redaktur majalah Suluh Pelajar (Suluh Peladjar) (1953-1955) yang tersebar ke seluruh Indonesia. Kemudian men-jadi pemimpin redaksi bulanan Prosa (1955), Mingguan (kemudian Majalah Sunda (1965-1967), bulanan Budaya Jaya (Budaja Djaja, 1968-1979). Mendirikan dan memimpin Proyek Penelitian Pantun dan Folklor Sunda (PPP-FS) yang banyak merekam Carita Pantun dan mempublikasikannya (1970-1973).

Bersama kawan-kawannya, Ajip mendirikan penerbit Kiwari di Bandung (1962), penerbit Cupumanik (Tjupumanik) di Jatiwangi (1964), Duta Rakyat (1965) di Bandung, Pustaka Jaya (kemudian Dunia Pustaka Jaya) di Jakarta (1971), Girimukti Pasaka di Jakarta (1980), dan Kiblat Buku Utama di Bandung (2000). Terpilih menjadi Ketua IKAPI dalam dua kali kongres (1973-1976 dan 1976-1979). Menjadi anggota DKJ sejak awal (1968), kemudian menjadi Ketua DKJ beberapa masajabatan (1972-1981). Menjadi anggota BMKN 1954, dan menjadi anggota pengurus pleno (terpilih dalam Kongres 1960). Menjadi anggota LBSS dan menjadi anggota pengurus pleno (1956-1958) dan anggota Dewan Pembina (terpilih dalam Kongres 1993), tapi mengundurkan diri (1996). Salah seorang pendiri dan salah seorang Ketua PP-SS yang pertama (1968-1975), kemudian menjadi salah seorang pendiri dan Ketua Dewan Pendiri Yayasan PP-SS (1996). Salah seorang pendiri Yayasan PDS H.B. Jassin (1977).

Sejak 1981 diangkat menjadi gurubesar tamu di Osaka Gaikokugo Daigaku (Universitas Bahasa Asing Osaka), sambil mengajar di Kyoto Sangyo Daigaku (1982-1996) dan Tenri Daignku (1982-1994), tetapi terus aktif memperhatikan kehi-dupan sastera-budaya dan sosial-politik di tanahair dan terus menulis. Tahun 1989 secara pribadi memberikan hadiah sastera tahunan Rancage yang kemudi-an dilanjutkan oleh Yayasan Kebudaya-an Rancage yang didirikannya. Ajip penerima Hadiah Sastera Nasional 1955-1956 untuk puisi (diberikan tahun 1957) dan 1957-1958 untuk prosa (diberikan tahun 1960). Tahun 1993 men-dapat Hadiah Seni dari Pemerintah RI. Tahun 1999 menerima Kun Santo Zui Ho Sho (The Order of Sacred Treasure, Gold Rays with Neck Ribbon) dari pemerintah Jepang sebagai penghargaan atas jasa-jasanya yang dinilai sangat bermanfaat bagi hubungan Indonesia-Jepang.

Setelah pensiun ia menetap di Pabelan, Magelang, Jawa Tengah. Meskipun begitu, ia masih aktif mengelola beberapa lembaga non-profit seperti Yayasan Kebudayaan Rancagé dan Pusat Studi Sunda.***

Penghargaan dan Hadiah
  1. Dalam Kongres Kebudayaan tahun 1957 di Denpasar, mendapat Hadiah Sastera Nasional untuk sajak-sajak yang ditulisnya tahun 1955-1956;
  2. Dalam Kongres Kebudayaan tahun 1960 di Bandung, mendapat Hadiah Sastera Nasional untuk kumpulan cerita pendeknya yang berjudul Sebuah Rumah Buat Haritua;
  3. Tahun 1975 mendapat Cultural Award dari Pemerintah Australia;
  4. Tahun 1993 mendapat Hadiah Seni dari Pemerintah Republik Indonesia;
  5. Tahun 1994, terpilih sebagai salah seorang dari “Sepuluh Putera Sunda yang membanggakan daerahnya”.
  6. Tahun 1988, sejumlah sahabatnya di Bandung mengadakan peringatan “Ajip Rosidi 50 Tahun” al. dengan menerbitkan buku Ajip Rosidi Satengah Abad.
  7. Tahun 1999 mendapat Kun Santo Zui Hoo Shoo (Order of the Sacred Treasure, Gold Rays with Neck Ribbon) dari pemerintah Jepang;
  8. Tahun 2003 memperoleh Hadiah Mastera dari Brunei;
  9. Tahun 2004 mendapat Professor Teeuw Award dari Belanda.
  10. Tahun 2005, Paguyuban Panglawungan Sastera Sunda (PPSS) di Bandung menyelenggarakan acara dramatisasi, musikalisasi puisi, dan diskusi buku Ayang-ayang Gung dalam rangka 67 Ajip Rosidi (31 Januari 2005);
  11. Tahun 2007 mendapat Anugrah Budaya Kota Bandung 2007.
Pengalaman Ajip Rosidi

Sebagai penulis karya kreatif :
Mulai mengumumkan tulisan berupa sajak, cerita pendek, roman, drama dan lain-lain dalam bahasa Indonesia dan Sunda tahun 1952, dimuat dalam majalah-majalah terkemuka di Indonesia pada waktu itu seperti Mimbar Indonesia dan Kisah (keduanya dengan redaktur H. B. Jassin), Zenith, Gelanggang (ruang kebudayaan warta sepekan) Siasat (pimpinan Sudjatmoko dan H. Rosihan Anwar, dengan redaktur Asrul Sani, Rivai Apin dan Nur’aini Sani), Indonesia (bulanan kebudayaan pimpinan Armijn Pane), Konfrontasi (dua bulanan pimpinan Sutan Takdir Alisjahbana), Budaya (terbitan Bagian Kesenian Departemen P.P. dan K. Yogyakarta pimpinan Kusnadi), Membimbing, Pustaka dan Budaya, Panghegar (bahasa Sunda, dengan redaktur Oot Hidajat), s.k. Sipatahoenan (dengan redaktur Mh. Kendana), dll. Bukunya yang pertama terbit ketika usianya 17 tahun (1955), berjudul Tahun-tahun Kematian (kumpulan cerita pendek) yang kemudian diikuti oleh buku-bukunya yang lain yang sekarang jumlahnya lebih dari 110 judul, baik kumpulan cerita pendek, kumpulan sajak, roman, drama, esai, kritik; asli tulisannya sendiri, maupun terjemahan. Selain dalam bahasa Indonesia, juga dalam bahasa Sunda. Banyak karyanya yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa asing, baik dimuat dalam majalah, dalam buku bungarampai maupun berbentuk buku al. ke dalam bahasa-bahasa Belanda, Cina, Hindi, Inggris, Jepang, Jerman, Kroatia, Perancis, Rusia, Thai dll.

Sebagai redaktur dan pemimpin majalah:
Ketika masih bersekolah (SMP), menjadi redaktur dan memimpin majalah Suluh Peladjar (1953-1955) yang beredar luas di seluruh Indonesia. Tahun 1955 menerbitkan dan menjadi Pemimpin Redaksi bulanan Prosa yang mengkhususkan diri untuk cerita pendek. Tahun 1965-1967 mendirikan dan menjadi Pemimpin Redaksi Mingguan Sunda (kemudian Madjalah Sunda) majalah umum berbahasa Sunda di Bandung. Tahun 1968-1979 mendirikan dan menjadi Pemimpin Redaksi bulanan Budaja Djaja (kemudian Budaya Jaya) bersama Ilen Surianagara, Ramadhan K. H., dan Harijadi S. Hartowardojo yang merupakan majalah kebudayaan umum yang resminya diterbitkan oleh Dewan Kesenian Jakarta. Redaktur ruangan kebudayaan “Matahari” dalam majalah Mimbar di Jakarta (1971-1973). Sejak 2004 menjadi pemimpin umum majalah bulanan bahasa Sunda Cupumanik.

Sebagai penerbit buku:
Tahun 1955-1956 bekerja sebagai redaktur pada penerbit Balai Pustaka (penerbit pemerintah). Tahun 1962 bersama beberapa kawannya mendirikan Penerbit Kiwari di Bandung (bersama Ramadhan K.H., Obon Harris dan Tatang Suryaatmadja) yang banyak menerbitkan karya sastera baik dalam bahasa Indonesia maupun Sunda. Tahun 1964 -1969 mendirikan Penerbit Tjupumanik di Jatiwangi yang terutama menerbitkan buku berbahasa Sunda. Tahun 1971 ia diserahi memimpin Badan Penerbit Pustaka Jaya (Yayasan Jaya Raya kemudian menjadi PT Dunia Pustaka Jaya dan ia menjadi Direktur kemudian Direktur Utamanya sampai 1981) di Jakarta yang banyak menerbitkan buku sastera, ilmu, bacaan kanak-kanak dan agama Islam baik dalam bahasa Indonesia, maupun dalam bahasa daerah (Jawa dan Sunda). Ketika memimpin Pustaka Jaya, bekerja sama dengan The Japan Foundation, ia banyak mengusahakan penerbitan terjemahan karya sastera Jepang dalam bahasa Indonesia al. karya Kawabata Yasunari, Tanizaki Junichiro, Mishima Yukio, Akutagawa Ryunosuke, dll. Tahun 1981 ia mendirikan Penerbit Girimukti Pasaka (bersama H. I. Martalogawa) yang dikhususkan untuk menerbitkan buku-buku berbahasa Sunda, tapi akhirnya berhenti. Tahun 2000 mendirikan Penerbit Kiblat Buku Utama di Bandung.

Dalam Organisasi
Tahun 1954 ia menjadi anggota Badan Musawarat Kebudayaan Nasional (BMKN) dan tahun 1960 dalam Kongres Kebudayaan di Bandung, terpilih menjadi anggota pengurus pleno organisasi tersebut. Tahun 1957-1963 turut mendirikan dan aktif dalam studiklub Badan Pangulik Budaya (BPB) “Kiwari” yang banyak membahas masalah kebudayaan nasional dan kebudayaan daerah. Tahun 1956 menjadi anggota Lembaga Basa jeung Sastera Sunda (LBSS) dan dalam Kongres Bahasa Sunda 1956 terpilih menjadi anggota pengurus pleno organisasi tersebut. Tahun 1963 turut mendirikan dan menjadi Sekertaris Yayasan Kebudayaan Indonesia di Bandung, tapi mengundurkan diri pada tahun 1965. Tahun 1968 memberikan saran kepada Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin tentang perlunya pembentukan Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) dan terpilih menjadi anggotanya yang pertama. Tahun 1972-1981 terpilih sebagai Ketua DKJ (berturut-turut untuk tiga masa jabatan). Tahun 1966 turut memprakarsai pembentukan dan menjadi Ketua I Paguyuban Pangarang Sastera Sunda (PP-SS), dengan Ketua Umum Ki Umbara. Tahun 1975 ia mengundurkan diri sebagai Ketua. Tahun 1996 mendirikan Yayasan PP-SS dan menjadi Ketua Dewan Pembinanya. Tahun 1993 dalam Kongres Basa Sunda di Bandung terpilih menjadi anggota Dewan Pembina LBSS, tapi mengundurkan diri tahun 1996. Sebagai penerbit dia aktif dalam Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) dan dalam Kongres IKAPI 1973 di Jakarta terpilih sebagai Ketua Umumnya. Dan terpilih lagi dalam Kongres 1976 untuk masajabatan sampai tahun 1979. Dalam Kongres 1979 dia menolak untuk dipilih lagi karena hendak menerima fellowship dari The Japan Foundation untuk tinggal di Jepang. Terpilih menjadi anggota Akademi Jakarta (2001). Tahun 1993 mendirikan Yayasan Kebudayaan Rancagé sebagai tindak-lanjut dari kegiatannya memberikan Hadiah sastera Rancagé setiap tahun kepada para pengarang dalam bahasa daerah, mula-mula hanya untuk sastera Sunda (sejak 1989) tapi kemudian juga untuk sastera Jawa (sejak 1994) dan Bali (sejak 1998).

Badan-badan Kehormatan:
Tahun 1960-1962 ia diangkat menjadi anggota Badan Pertimbangan Ilmu Pengetahuan bidang Sastera dan Sejarah yang berfungsi sebagai penasihat Menteri Perguruan Tinggi dan Ilmu Pengetahuan. Tahun 1978-1980 ia menjadi Staf Ahli Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Tahun 1979-1982 diangkat menjadi anggota Dewan Filem Nasional yang berfungsi untuk memberi nasihat dalam bidang perfilman kepada Menteri Penerangan. Tahun 1979-1980 ia pun mewakili IKAPI diangkat menjadi anggota Dewan Pertimbangan Pengembangan Buku Nasional.

Mengajar:
Tahun 1967 diangkat sebagai dosen luar biasa pada Fakultas Sastera Universitas Padjadjaran di Bandung. Di samping itu sering memberikan kuliah umum di berbagai universitas di seluruh Indonesia al. di Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Diponegoro (Semarang), IKIP Negeri Bandung, IKIP Negeri Padang, di Padang, Universitas Syah Kuala, Banda Aceh, IKIP Negeri Surabaya, dll. Tahun 1981 diangkat sebagai Visiting Professor pada Osaka Gaikokugo Daigaku di Osaka, Jepang (sampai 2003). Tahun 1983-1994 menjadi Gurubesar Luar Biasa pada Tenri Daigaku, di Tenri, Nara. Tahun 1983-1996 menjadi Gurubesar Luar Biasa pada Kyoto Sangyo Daigaku di Kyoto. Pensiun dan pulang ke tanahair tahun 2003.

Sebagai penulis buku-buku telaah sastera Indonesia dan Sunda:
Ia banyak menulis buku telaah sastera dan antologi karya sastera Indonesia dan Sunda, di antaranya banyak yang dipakai sebagai pegangan di berbagai sekolah dan universitas, al. Cerita pendek Indonesia (1959), Kapankah Kesusasteraan Indonesia Lahir? (1964), Beber Layar! (1964), Kanjutkundang (1963), Kesusasteraan Sunda Dewasa Ini (1967), Ikhtisar Sejarah Sastera Indonesia (1969), Ngalanglang Kasusasteran Sunda (1983), Masalah Angkatan dan Periodisasi Sejarah Sastera Indonesia (1973). Laut Biru Langit Biru (1977), Membicarakan Puisi Indonesia(1975), Puisi Indonesia Modern (1987) dll.

Seminar, Simposion dll:
Sejak di Kongres Kebudayaan di Solo (1954) ia aktif dalam berbagai simposion, seminar, kongres, konferensi atau lokakarya mengenai kebudayaan dan kesenian, terutama mengenai bahasa dan sastera, baik di tingkat daerah, nasional, regional, maupun internasional. Dalam berbagai kesempatan ia memberikan prasaran, kertas kerja ataupun laporan, antara lain:
  1. Simposion Sastera Indonésia dalam Pekan Kesenian mahasiswa di Jakarta (1960), memberikan prasaran “Sumbangan Angkatan Terbaru dalam Perkembangan Sastera Indonesia”;
  2. Seminar Pengarang Bacaan Remaja di Ciloto (1972), memberikan prasaran “Situasi Umum Bacaan Remaja Dewasa Ini”;
  3. Kongres Orientalis Internasional di Paris, memberikan laporan tentang kegiatannya merekam cerita pantun (sastera lisan) Sunda dengan judul “Pengalaman Saya Merekam Pantun Sunda” (1973);
  4. Pra-Seminar Politik Bahasa Nasional yang diselenggarakan oleh Direktorat Pembinaan Bahasa dan Kesusasteraan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan di Jakarta (1974), memberikan prasaran “Politik Bahasa Nasional dan Pengembangan Kesusasteraan”;
  5. Seminar Hari Sastera di Kuching, Sarawak, Malaysia yang diselenggarakan oleh Gapena (Gabungan Penulis Nasional, Malaysia) tahun 1974, memberikan kertas kerja tentang Kesusasteraan Sunda dan Kesusasteraan Kebangsaan Indonesia”;
  6. Seminar Politik Bahasa Nasional yang diselenggarakan oleh Pusat Pembinaan dan Pengambangan Bahasa di Jakarta (1975), memberikan prasaran tentang “Pengembangan Bahasa dan Sastera Daerah”;
  7. Seminar Hakcipta Nasional di Denpasar, Bali (1975), memberikan pembahasan tentang Ruanglingkup dan pengertian Hakcipta;
  8. Lokakarya Bahasa dan Sastera Daerah yang diselenggarakan oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa di Jakarta (1976), memberikan kertas kerja “Penterjemahan Sastera Daerah”;
  9. Seminar Sastera Nusantara di Singapura (1977), menberikan makalah “Nilai-nilai Tradisional dalam Sastera Indonesia”.
  10. Kongres Bahasa Indonesia III yang diselenggarakan oleh Pusat Pembinaan dan Pengambangan Bahasa (1978) di Jakarta, memberikan prasaran tentang Bahasa Indonesia sebagai bahasa ekspresi kreatif bertajuk “Bahasa Indonesia Sebagai Sarana Kreasi dan Pengembangannya”;
  11. Konferensi Internasional Tentang Peranan Seni dan sastera dalam Perkembangan Masyarakat yang diselenggarakan oleh Lembaga Riset Kebudayaan Timur. Konferensi ini diselenggarakan sehubungan dengan perayaan Gakushuin Daigaku yang ke100 di Tokyo (1978), memberikan kertas kerja berjudul “The Role of Literature and the Arts in the Social Development: Indonesian case”;
  12. Musyawarah Nasional Himpunan Pembina Bahasa Indonesia (1978), memberikan ceramah Tentang “Pengajaran Sastera dan Pengembangan Bahasa Indonesia”;
  13. Pertemuan Sasterawan Nusantara di Jakarta (1979), memberikan prasaran tentang “Keragaman Budaya dalam sastera Nusantara”;
  14. Seminar sehubungan dengan perayaan 100 tahun Auckland University, di Auckland, New Zealand tahun 1983, memberikan makalah tentang “Diversity in Unity”.
  15. Seminar tentang Tradisi dan Modernisasi yang diselenggarakan oleh Chubu Institute of Technology di Nagoya tahun 1984, memberikan prasaran tentang “Tradisi dan Modernisasi di Indonesia” ;
  16. Seminar Kebudayaan Sunda yang diselenggarakan oleh Proyek Sundanologi di Lembang, Bandung (1986), memberikan dua makalah yaitu “Pembinaan dan Pengembangan Kebudayaan Daerah (Sunda)” dan “Haji Hasan Mustapa: Menjejaki Karya-karyanya dan Arti Karya-karya itu bagi Pengembangan Kebudayaan Sunda” ;
  17. Seminar tentang Tradisi Lisan yang diselenggarakan oleh Museum Etnologi Nasional Jepang dengan Dirjen Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia di Jakarta (1987), memberikan makalah tentang “Tradisi Lisan di Indonesia dan Masa Depannya”;
  18. Dalam Kongres Bahasa Indonesia V yang diselenggarakan oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa di Jakarta (1988), menyampaikan prasaran “Sastera Indonesia dan Sastera Daerah”, kendati ia sendiri tidak bisa hadir;
  19. Seminar Tamaddun Malayu II yang diselenggarakan oleh pemerintah Malaysia di Kualalumpur, Malaysia (1989), memberikan makalah tentang “Sastera Da’wah Islamiyah di Indonesia”;
  20. Tahun 2001 atasnama Yayasan Kebudayaan Rancage menyelenggarakan KIBS (Konferensi Internasional Budaya Sunda) di Bandung.
Sebagai juri :
Sering diminta menjadi juri berbagai perlombaan dan sayembara mengarang, baik di tingkat daerah, nasional, regional, maupun internasional, antara lain:
  1. Wakil Ketua Dewan Juri Sayembara Mengarang IKAPI Cabang Jawa Barat tahun 1967, meliputi cerita kanak-kanak dan bacaan dewasa, baik dalam bahasa Indonesia maupun Sunda;
  2. Ketua Déwan juri Hadiah Sastera “Moh Ambri” yang dikeluarkan oleh Paguyuban Pangarang Sastera Sunda (PPSS) di Bandung (1966, 1967);
  3. Anggota Dewan Juri Sayembara Mengarang Roman UNESCO-IKAPI Pusat di Jakarta (1968);
  4. Anggota Dewan Juri Anugerah Seni Pemerintah Republik Indonesia di Jakarta untuk bidang sastera ( 1969, 1970, 1971 dan 1972);
  5. Ketua Dewan Juri Sayembara Mengarang Roman Panitia Tahun Buku Internasional Pemerintah DKI Jakarta di Jakarta (1972);
  6. Anggota Dewan Juri Sayembara Mengarang Roman Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) di Jakarta (1975);
  7. Anggota Dewan Juri Sayembara Mengarang Ceritapendek yang diselenggarakan oleh Radio Hilversum, Belanda, tahun 1975;
  8. Anggota Dewan Juri Nasional Indonesia untuk South East Asian Award (1978 dan 1979);
  9. Anggota Dewan Juri Festival Filem Indonesia tahun 1978 di Ujungpandang;
  10. Anggota Dewan Juri Sayembara Mengarang Esai Dewan Kesenian Jakarta (1979);
  11. Anggota Dewan Juri Sayembara Membuat Desain Masjid “Sudirman di Jakarta” (1979);
  12. Anggota Dewan Juri Sayembara Mengarang cerita kanak-kanak bernafaskan Islam yang diselenggarakan oleh Departemen Agama Republik Indonesia (1978 dan 1979);
  13. Anggota Dewan Juri Sayembara membuat ilustrasi buku kanak-kanak “Noma Contest” yang diselenggarakan oleh Asian Cultural Center for UNESCO di Tokyo (1978 dan 1979);
  14. Anggota Dewan Juri Sayembara Melukis untuk anak-anak se-Asia “Festival of Asian Children’s Art” yang diselenggarakan oleh Mitsubishi Impression-Gallery di Tokyo untuk tahun 1990-1991, 1991-1992, 1992-1993, 1993-1994 dan 1996-1997.
  15. Anggota Dewan Juri Lomba Menulis Kritik Senirupa Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) (2004);
Penelitian :
  1. Tahun 1969-1972 dengan bantuan dari Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde (KITLV), Leiden, Belanda, mendirikan Proyek Penelitian Pantun dan Folklor Sunda yang melakukan perekaman cerita pantun dan folklore Sunda yang hampir punah. Hasilnya kl. 30 buah rekaman yang masing-masing memakan waktu kl.8 jam, 21 di antaranya sudah ditranskripsi dan 16 judul telah terbit, masing-masing tebalnya antara 150-200 folio tik rapat. Tahun 1973 terpaksa menghentikan kegiatan ini karena kesibukannya sebagai Direktur Utama Penerbit Pustaka Jaya, Ketua Dewan Kesenian Jakarta, dan Ketua IKAPI;
  2. Tahun 1984 mendapat grant dari The Toyota Foundation, Tokyo, untuk melakukan penelitian tentang karya-karya Haji Hasan Mustapa di Leiden, negeri Belanda, Kairo, Mesir dan Indonesia. Hasilnya buku Haji Hasan Mustapa jeung karya-karyana (1988);
  3. Tahun 1990-1997 mendapat grant dari The Toyota Foundation Tokyo untuk mengadakan penelitian tentang kebudayaan Sunda dalam rangka penyusunan Ensiklopedi Sunda (terbit 2000).
  4. Sejak tahun 1960-an melakukan penelitian tentang puisi Sunda, dan pada tahun 1994 selesai menyusun antologi Puisi Sunda yang terdiri atas 3 jilid, semuanya kl. 1.500 halaman.
  5. Penelitian atas perjuangan dan karya-karya Mr. Sjafruddin Prawiranegara (1911-1989) yang tersebar dalam berbagai media, dan berhasil menyusun biografinya (1986) dan menyusun karya-karyanya menjadi empat jilid, dua di antaranya sudah terbit;
  6. Penelitian atas perjuangan dan karya-karya M. Natsir (1908-1993) dan berhasil menyusun jilid pertama biografinya (1989). Karena sesuatu hal, penelitian ini tidak dilanjutkan.
Asian Cultural Centre for UNESCO (ACCU) di Tokyo:
Sejak 1973 sampai 1979 ia terus-menerus mewakili Indonesia dalam sidang-sidang perencanaan Program Penerbitan Bersama Asia (Asian Co- Publication Programme) yang diselenggarakan setiap tahun oleh ACCU di Tokyo. Dua kali duduk sebagai anggota Dewan Redaksi (Editorial Board) program itu yang mengusahakan penerbitan bacaan kanak-kanak dan remaja yang diambil dari karya dalam bahasa negara-negara Asia yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa negara-negara peserta. Proyek ini sukses sekali, sehingga sekarang pesertanya meliputi juga negara-negara Pasifik, dan buku-buku hasil program ini sudah diterjemahkan ke dalam bahasa-bahasa Eropa, Amerika Latin, Afrika dan Arab.

Undangan dan fellowship:
  1. Tahun 1970, ia mendapat grant dari The Asia Foundation untuk menghadiri Konferensi Sasterawan Asia III di Taipei, Taiwan, dan Kongres PEN Internasional ke-37 di Seoul;
  2. Tahun 1971 mendapat grant dari The Asia Foundation untuk mengadakan kunjungan di Malaysia Barat dan Timur sehubungan dengan penelitian folklor dan menjadi tamu Gapena;
  3. Tahun 1972 mendapat undangan menghadiri dan menjadi peserta Festival Penyair Internasional di Rotterdam, Negeri Belanda;
  4. Tahun 1972 mendapat undangan dari State Department Amerika Serikat untuk mengadakan kunjungan di negeri tersebut untuk meninjau kehidupan budaya dan penerbitannya, dilanjutkan dengan undangan semacam dari Pemerintah Federasi Jerman dan negera Belanda;
  5. Tahun 1974 mendapat Cultural Award dari Pemerintah Australia berupa undangan untuk mengadakan kunjungan meninjau kehidupan budayanya;
  6. Tahun 1975 mendapat undangan dari Pemerintah Uni Sovyet untuk mengadakan kunjungan budaya ke Rusia, dilanjutkan dengan kunjungan serupa di India atas undangan pemerintah India;
  7. Tahun 1980 mendapat fellowship dari The Japan Foundation untuk tinggal selama setengah tahun di Jepang yang dimanfaatkan untuk menulis buku Mengenal Jepang (1981) dan roman Anak Tanahair (1985).
Biografi Ajip Rosidi

[BUDAYA] Watak Sunda

[Angklung, alat musik khas Sunda]
Sunda berasal dari kata Su = Bagus/ Baik, segala sesuatu yang mengandung unsur kebaikan, orang Sunda diyakini memiliki etos/ watak/ karakter Kasundaan sebagai jalan menuju keutamaan hidup. Watak / karakter Sunda yang dimaksud adalah cageur (sehat), bageur (baik), bener (benar), singer (mawas diri), dan pinter (pandai/ cerdas) yang sudah dijalankan sejak jaman Salaka Nagara sampai ke Pakuan Pajajaran, telah membawa kemakmuran dan kesejahteraan lebih dari 1000 tahun.

Sunda merupakan kebudayaan masyarakat yang tinggal di wilayah barat pulau Jawa namun dengan berjalannya waktu telah tersebar ke berbagai penjuru dunia. Sebagai suatu suku, bangsa Sunda merupakan cikal bakal berdirinya peradaban di Nusantara, di mulai dengan berdirinya kerajaan tertua di Indonesia, yakni Kerajaan Salakanagara dan Tarumanegara. Bahkan menurut Stephen Openheimer dalam bukunya berjudul Sundaland, Tatar Sunda/ Paparan Sunda (Sundaland) merupakan pusat peradaban di dunia. Sejak dari awal hingga kini, budaya Sunda terbentuk sebagai satu budaya luhur di Indonesia. Namun, modernisasi dan masuknya budaya luar lambat laun mengikis keluhuran budaya Sunda, yang membentuk etos dan watak manusia Sunda.

Makna kata Sunda sangat luhur, yakni cahaya, cemerlang, putih, atau bersih. Makna kata Sunda itu tidak hanya ditampilkan dalam penampilan, tapi juga didalami dalam hati. Karena itu, orang Sunda yang 'nyunda' perlu memiliki hati yang luhur pula. Itulah yang perlu dipahami bila mencintai, sekaligus bangga terhadap budaya Sunda yang dimilikinya.

Setiap bangsa memiliki etos, kultur, dan budaya yang berbeda. Namun tidaklah heran jika ada bangsa yang berhasrat menanamkan etos budayanya kepada bangsa lain. Karena beranggapan, bahwa etos dan kultur budaya memiliki kelebihan. Kecenderungan ini terlihat pada etos dan kultur budaya bangsa kita, karena dalam beberapa dekade telah terimbas oleh budaya bangsa lain. Arus modernisasi menggempur budaya nasional yang menjadi jati diri bangsa. Budaya nasional kini terlihat sangat kuno, bahkan ada generasi muda yang malu mempelajarinya. Kemampuan menguasai kesenian tradisional dianggap tak bermanfaat. Rasa bangsa kian terkikis, karena budaya bangsa lain lebih terlihat menyilaukan. Kondisi memprihatinkan ini juga terjadi pada budaya Sunda, sehingga orang Sunda kehilangan jati dirinya.

Untuk menghadapi keterpurukan kebudayaan Sunda, ada baiknya kita melangkah ke belakang dulu. Mempelajari, dan mengumpulkan pasir mutiara yang berserakan selama ini. Banyak petuah bijak dan khazanah ucapan nenek moyang jadi berkarat, akibat tidak pernah tersentuh pemiliknya. Hal ini disebabkan keengganan untuk mempelajari dengan seksama, bahkan mereka beranggapan ketinggalan zaman. Bila dipelajari, sebenarnya pancaran etika moral Sunda memiliki khazanah hikmah yang luar biasa. Hal itu terproyeksikan lewat tradisinya. Karena itu, marilah kita kenali kembali, dan menguak beberapa butir peninggalan nenek moyang Sunda yang hampir.

Ada beberapa etos atau watak dalam budaya Sunda tentang satu jalan menuju keutamaan hidup. Selain itu, etos dan watak Sunda juga dapat menjadi bekal keselamatan dalam mengarungi kehidupan di dunia ini. Etos dan watak Sunda itu ada lima, yakni cageur, bageur, bener, singer, dan pinter yang sudah lahir sekitar jaman Salakanagara dan Tarumanagara. Ada bentuk lain ucapan sesepuh Sunda yang lahir pada abad tersebut. Lima kata itu diyakini mampu menghadapi keterpurukan akibat penjajahan pada zaman itu. Coba kita resapi pelita kehidupan lewat lima kata itu. Semua ini sebagai dasar utama urang Sunda yang hidupnya harus 'nyunda', termasuk para pemimpin bangsa.

Cara meresapinya dengan memahami artinya. Cageur, yakni harus sehat jasmani dan rohani, sehat berpikir, sehat berpendapat, sehat lahir dan batin, sehat moral, sehat berbuat dan bertindak, sehat berprasangka atau menjauhkan sifat suudzonisme. Bageur yaitu baik hati, sayang kepada sesama, banyak memberi pendapat dan kaidah moril terpuji ataupun materi, tidak pelit, tidak emosional, baik hati, penolong dan ikhlas menjalankan serta mengamalkan, bukan hanya dibaca atau diucapkan saja. Bener yaitu tidak bohong, tidak asal-asalan dalam mengerjakan tugas pekerjaan, amanah, lurus menjalankan agama, benar dalam memimpin, berdagang, tidak memalsu atau mengurangi timbangan, dan tidak merusak alam. Singer, yaitu penuh mawas diri bukan was-was, mengerti pada setiap tugas, mendahulukan orang lain sebelum pribadi, pandai menghargai pendapat yang lain, penuh kasih sayang, tidak cepat marah jika dikritik tetapi diresapi makna esensinya. Pinter, yaitu pandai ilmu dunia dan akhirat, mengerti ilmu agama sampai ke dasarnya, luas jangkauan ilmu dunia dan akhirat walau berbeda keyakinan, pandai menyesuaikan diri dengan sesama, pandai mengemukakan dan membereskan masalah pelik dengan bijaksana, dan tidak merasa pintar sendiri sambil menyudutkan orang lain.

Bapak Eman Sulaeman, Yayasan Hanjuang Bodas, Bogor.
Watak Budaya Sunda
Written by Iwan Kurnia

Jaipongan

@tari jaipongan
Seni Tari Jaipong khas kesenian Tradisional orang Sunda Jawa Barat, nah singkat yuk kita selusuri lagi biar kita tidak lupa akan kebudayaan dan tetap melestarikannya agar kita tidak lupa jati diri kita. Jaipongan adalah sebuah genre seni tari yang lahir dari kreativitas seorang seniman asal Bandung, Gugum Gumbira. Perhatiannya pada kesenian rakyat yang salah satunya adalah Ketuk Tilu menjadikannya mengetahui dan mengenal betul perbendaharan pola-pola gerak tari tradisi yang ada pada Kliningan/Bajidoran atau Ketuk Tilu. Gerak-gerak bukaan, pencugan, nibakeun dan beberapa ragam gerak mincid dari beberapa kesenian di atas cukup memiliki inspirasi untuk mengembangkan tari atau kesenian yang kini dikenal dengan nama Jaipongan. Sebagai tarian pergaulan, tari Jaipong berhasil dikembangkan oleh Seniman Sunda menjadi tarian yang memasyarakat dan sangat digemari oleh masyarakat Jawa Barat (khususnya), bahkan populer sampai di luar Jawa Barat.

Menyebut Jaipongan sesungguhnya tak hanya akan mengingatkan orang pada sejenis tari tradisi Sunda yang atraktif dengan gerak yang dinamis. Tangan, bahu, dan pinggul selalu menjadi bagian dominan dalam pola gerak yang lincah, diiringi oleh pukulan kendang. Terutama pada penari perempuan, seluruhnya itu selalu dibarengi dengan senyum manis dan kerlingan mata. Inilah sejenis tarian pergaulan dalam tradisi tari Sunda yang muncul pada akhir tahun 1970-an yang sampai hari ini popularitasnya masih hidup di tengah masyarakat.

Sejarah
Sebelum bentuk seni pertunjukan ini muncul, ada beberapa pengaruh yang melatarbelakangi bentuk tari pergaulan ini. Di Jawa Barat misalnya, tari pergaulan merupakan pengaruh dari Ball Room, yang biasanya dalam pertunjukan tari-tari pergaulan tak lepas dari keberadaan ronggeng dan pamogoran. Ronggeng dalam tari pergaulan tidak lagi berfungsi untuk kegiatan upacara, tetapi untuk hiburan atau cara gaul. Keberadaan ronggeng dalam seni pertunjukan memiliki daya tarik yang mengundang simpati kaum pamogoran. Misalnya pada tari Ketuk Tilu yang begitu dikenal oleh masyarakat Sunda, diperkirakan kesenian ini populer sekitar tahun 1916. Sebagai seni pertunjukan rakyat, kesenian ini hanya didukung oleh unsur-unsur sederhana, seperti waditra yang meliputi rebab, kendang, dua buah kulanter, tiga buah ketuk, dan gong. Demikian pula dengan gerak-gerak tarinya yang tidak memiliki pola gerak yang baku, kostum penari yang sederhana sebagai cerminan kerakyatan.

Seiring dengan memudarnya jenis kesenian di atas, mantan pamogoran (penonton yang berperan aktif dalam seni pertunjukan Ketuk Tilu/Doger/Tayub) beralih perhatiannya pada seni pertunjukan Kliningan, yang di daerah Pantai Utara Jawa Barat (Karawang, Bekasi, Purwakarta, Indramayu, dan Subang) dikenal dengan sebutan Kliningan Bajidoran yang pola tarinya maupun peristiwa pertunjukannya mempunyai kemiripan dengan kesenian sebelumnya (Ketuk Tilu/Doger/Tayub). Dalam pada itu, eksistensi tari-tarian dalam Topeng Banjet cukup digemari, khususnya di Karawang, di mana beberapa pola gerak Bajidoran diambil dari tarian dalam Topeng Banjet ini. Secara koreografis tarian itu masih menampakan pola-pola tradisi (Ketuk Tilu) yang mengandung unsur gerak-gerak bukaan, pencugan, nibakeun dan beberapa ragam gerak mincid yang pada gilirannya menjadi dasar penciptaan tari Jaipongan. Beberapa gerak-gerak dasar tari Jaipongan selain dari Ketuk Tilu, Ibing Bajidor serta Topeng Banjet adalah Tayuban dan Pencak Silat.

Kemunculan tarian karya Gugum Gumbira pada awalnya disebut Ketuk Tilu perkembangan, yang memang karena dasar tarian itu merupakan pengembangan dari Ketuk Tilu. Karya pertama Gugum Gumbira masih sangat kental dengan warna ibing Ketuk Tilu, baik dari segi koreografi maupun iringannya, yang kemudian tarian itu menjadi populer dengan sebutan Jaipongan.

Ciri khas Jaipongan gaya kaleran, yakni keceriaan, erotis, humoris, semangat, spontanitas, dan kesederhanaan (alami, apa adanya). Hal itu tercermin dalam pola penyajian tari pada pertunjukannya, ada yang diberi pola (Ibing Pola) seperti pada seni Jaipongan yang ada di Bandung, juga ada pula tarian yang tidak dipola (Ibing Saka), misalnya pada seni Jaipongan Subang dan Karawang. Istilah ini dapat kita temui pada Jaipongan gaya kaleran, terutama di daerah Subang. Dalam penyajiannya, Jaipongan gaya kaleran ini, sebagai berikut: 1) Tatalu; 2) Kembang Gadung; 3) Buah Kawung Gopar; 4) Tari Pembukaan (Ibing Pola), biasanya dibawakan oleh penari tunggal atau Sinden Tatandakan (serang sinden tapi tidak bisa nyanyi melainkan menarikan lagu sinden/juru kawih); 5) Jeblokan dan Jabanan, merupakan bagian pertunjukan ketika para penonton (bajidor) sawer uang (jabanan) sambil salam tempel. Istilah jeblokan diartikan sebagai pasangan yang menetap antara sinden dan penonton (bajidor).

Perkembangan Tari Jaipong
Karya Jaipongan pertama yang mulai dikenal oleh masyarakat adalah tari "Daun Pulus Keser Bojong" dan "Rendeng Bojong" yang keduanya merupakan jenis tari putri dan tari berpasangan (putra dan putri). Dari tarian itu muncul beberapa nama penari Jaipongan yang handal seperti Tati Saleh, Yeti Mamat, Eli Somali, dan Pepen Dedi Kurniadi. Awal kemunculan tarian tersebut sempat menjadi perbincangan, yang isu sentralnya adalah gerakan yang erotis dan vulgar. Namun dari ekspos beberapa media cetak, nama Gugum Gumbira mulai dikenal masyarakat, apalagi setelah tari Jaipongan pada tahun 1980 dipentaskan di TVRI stasiun pusat Jakarta. Dampak dari kepopuleran tersebut lebih meningkatkan frekuensi pertunjukan, baik di media televisi, hajatan maupun perayaan-perayaan yang diselenggarakan oleh pihak swasta dan pemerintah.

Kehadiran Jaipongan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap para penggiat seni tari untuk lebih aktif lagi menggali jenis tarian rakyat yang sebelumnya kurang perhatian. Dengan munculnya tari Jaipongan, dimanfaatkan oleh para penggiat seni tari untuk menyelenggarakan kursus-kursus tari Jaipongan, dimanfaatkan pula oleh pengusaha pub-pub malam sebagai pemikat tamu undangan, dimana perkembangan lebih lanjut peluang usaha semacam ini dibentuk oleh para penggiat tari sebagai usaha pemberdayaan ekonomi dengan nama Sanggar Tari atau grup-grup di beberapa daerah wilayah Jawa Barat, misalnya di Subang dengan Jaipongan gaya "kaleran" (utara).

Perkembangan selanjutnya tari Jaipongan terjadi pada taahun 1980-1990-an, di mana Gugum Gumbira menciptakan tari lainnya seperti Toka-toka, Setra Sari, Sonteng, Pencug, Kuntul Mangut, Iring-iring Daun Puring, Rawayan dan tari Kawung Anten. Dari tarian-tarian tersebut muncul beberapa penari Jaipongan yang handal antara lain Iceu Effendi, Yumiati Mandiri, Miming Mintarsih, Nani, Erna, Mira Tejaningrum, Ine Dinar, Ega, Nuni, Cepy, Agah, Aa Suryabrata dan Asep.

Dewasa ini tari Jaipongan boleh disebut sebagai salah satu identitas keseniaan Jawa Barat, hal ini nampak pada beberapa acara-acara penting yang berkenaan dengan tamu dari negara asing yang datang ke Jawa Barat, maka disambut dengan pertunjukan tari Jaipongan. Demikian pula dengan misi-misi kesenian ke manca negara senantiasa dilengkapi dengan tari Jaipongan. Tari Jaipongan banyak mempengaruhi kesenian-kesenian lain yang ada di masyarakat Jawa Barat, baik pada seni pertunjukan wayang, degung, genjring/terbangan, kacapi jaipong, dan hampir semua pertunjukan rakyat maupun pada musik dangdut modern yang dikolaborasikan dengan Jaipong.

[www.kaskus.us]
@InRealLife
[manuskripkesunyian.wordpress.com]
@tari jaipongan ilustrasi

SASAKALA PURWAKARTA

Pada masa Dalem Santri menjadi bupati Karawang, ia memindahkan ibukota kabupaten ke daerah Wanayasa, karena pada masa itu sering dilanda banjir. Ia menjadi bupati Karawang berkedudukan di Wanayasa sampai akhirnya diganti oleh adiknya yang bernama Raden Aria Suryawinata atau lebih dikenal dengan nama Dalem Solawat.

Pada masa kepemimpinan Dalem Solawat, ibukota kabupaten Karawang dipindahkeun lagi dari Wanayasa ke daerah Lebak. Lebak berarti dataran rendah, karena memang wilayah Wanayasa berada lebih tinggi dari wilayah Lebak.

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia [LIPI]

Kegiatan ilmiah di Indonesia dimulai pada abad ke-16 oleh Jacob Bontius, yang mempelajari flora Indonesia dan Rompiusdengan karyanya yang terkenal berjudul Herbarium Amboinese. Pada akhir abad ke-18 dibentuk Bataviaasch Genotschap van Wetenschappen. Dalam tahun 1817, C.G.L. Reinwardt mendirikan Kebun Raya Indonesia (S'land Plantentuin) di Bogor. Pada tahun 1928 Pemerintah Hindia Belanda membentuk Natuurwetenschappelijk Raad voor Nederlandsch Indie. Kemudian tahun 1948 diubah menjadi Organisatie voor Natuurwetenschappelijk onderzoek (Organisasi untuk Penyelidikan dalam Ilmu Pengetahuan Alam, yang dikenal dengan OPIPA). Badan ini menjalankan tugasnya hingga tahun 1956.

Pada tahun 1956, melalui UU no. 6 tahun 1956 pemerintah Indonesia membentuk Majelis Ilmu Pengetahuan Indonesia (MIPI) dengan tugas pokok :
  1. Membimbing perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
  2. Memberi pertimbangan kepada pemerintah dalam hal kebijaksanaan ilmu pengetahuan.
Kemudian pada tahun 1962 pemerintah membentuk Departemen Urusan Riset Nasional (DURENAS) dan menempatkan MIPI didalamnya dengan tugas tambahan : membangun dan mengasuh beberapa Lembaga Riset Nasional. Dan tahun 1966 pemerintah merubah status DURENAS menjadi Lembaga Riset Nasional (LEMRENAS).

Pada bulan Agustus 1967 pemerintah membubarkan LEMRENAS dan MIPI dengan SK Presiden RI no. 128 tahun 1967, kemudian berdasarkan Keputusan MPRS no. 18/B/1967 pemerintah membentuk Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan menampung seluruh tugas LEMRENAS dan MIPI, dengan tugas pokok sebagai berikut :
  1. Membimbing perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berakar di Indonesia agar dapat dimanfaatkan bagi kesejahteraan rakyat Indonesia pada khususnya dan umat manusia pada umumnya.
  2. Mencari kebenaran ilmiah dimana kebebasan ilmiah, kebebasan penelitian serta kebebasan mimbar diakui dan dijamin, sepanjang tidak bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945.
  3. Mempersiapkan pembentukan Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (sejak 1991 tugas pokok ini selanjutnya ditangani oleh Menteri Negara Riset dan Teknologi dengan Keppres no. 179 tahun 1991).
Sejalan dengan perkembangan kemampuan nasional dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, organisasi lembaga-lembaga ilmiah di Indonesia telah pula mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Oleh sebab itu dipandang perlu untuk mengadakan peninjauan dan penyesuaian tugas pokok dan fungsi serta susunan organisasi LIPI sesuai dengan tahap dan arah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka Keppres no. 128 tahun 1967, tanggal 23 Agustus 1967 diubah dengan Keppres no. 43 tahun 1985, dan dalam rangka penyempurnaan lebih lanjut, tanggal 13 Januari 1986 ditetapkan Keppres no. 1 tahun 1986 tentang Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, dan terakhir dengan Keppres no. 103 tahun 2001.

Visi :

Menjadi lembaga ilmu pengetahuan berkelas dunia yang mendorong terwujudnya kehidupan bangsa yang adil, cerdas, kreatif, integratif dan dinamis yang didukung oleh ilmu pengetahuan dan teknologi yang humanis.

Misi :
  1. Menciptakan great science (ilmu pengetahuan berdampak penting) dan invensi yang dapat mendorong inovasi dalam rangka meningkatkann daya saing perekonomian nasional;
  2. Mendorong peningkatan pemanfaatan pengetahuan dalam proses penciptaan good governance dalam rangka memantapkan NKRI;
  3. Turut serta dalam proses pencerahan kehidupan masyarakat dan kebudayaan berdasarkan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan dan kaidah etika keilmuan;
  4. Memperkuat peran Indonesia (yang didukung ilmu pengetahuan) dalam pergaulan internasional;
  5. Memperkuat infrastruktur kelembagaan (penguatan manajemen dan sistem).
Tugas :

Melaksanakan tugas pemerintahan di bidang ilmu pengetahuan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Fungsi :
  1. Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang penelitian ilmu pengetahuan.
  2. Penyelenggaraan riset keilmuan yang bersifat mendasar.
  3. Penyelenggaraan riset inter dan multi disiplin terfokus.
  4. Pemantauan, evaluasi kemajuan, dan penelaahan kecenderungan ilmu pengetahuan dan teknologi.
  5. Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas LIPI.
  6. Pelancaran dan pembinaan terhadap kegiatan instansi pemerintah di bidang ilmu pengetahuan.
  7. Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan tata laksana, kepegawaian, keuangan, kearsipan, persandian, perlengkapan dan rumah tangga.
Indikator Kinerja Umum (IKU) :
  1. Kualitas pengetahuan para peneliti : mengukur upaya yang dilakukan organisasi dalam memperkuat kompetensi inti (melalui penelitian dan pengembangan) untuk menciptakan dan menemukan pengetahuan baru yang berdampak luas.
  2. Hasil dan kapasitas penelitian : sda.
  3. Potensi kekayaan alam dan budaya Indonesia : mengukur kemampuan organisasi dalam meningkatkan nilai invensi (penciptaan) dan penemuan yang diintegrasikan dengan faktor-faktor yang mendukung terjadinya inovasi bernilai ekonomi.
  4. Kreativitas dalam menciptakan iptek yang bernilai ekonomis : sda
  5. Jaringan antara LIPI dengan industri dan pihak terkait lainnya dalam meningkatkan adopsi inovasi : sda.
  6. Timbangan ilmiah dan rekomendasi untuk menjawab isu nasional : mengukur dukungan organisasi dalam mendorong terciptanya kebijakan strategis dalam upaya penegakan good governance.
  7. Hasil kajian kebijakan LIPI dipakai sebagai rujukan : sda.
  8. Akses terhadap pengetahuan : mengukur upaya yang dilakukan organisasi untuk turut meningkatkan kesadaran dan kemampuan masyarakat dalam berperilaku rasional (ilmiah) dan humanis melalui peningkatan akses masyarakat terhadap pengetahuan.
  9. Perilaku “rasional” dalam masyarakat : sda.
  10. Peran LIPI dalam pergaulan dunia internasional : mengukur upaya yang dilakukan organisasi untuk turut memperjuangkan kepentingan nasional dan posisi tawar Indonesia di dunia internasional. Mengukur kemampuan organisasi dalam meningkatkan kontribusi dan keterlibatan ilmiah Indonesia pada aras internasional
  11. Sarana dan prasarana penelitian yang memenuhi kebutuhan : mengukur kemampuan organisasi dalam meningkatkan, memelihara dan memanfaatkan sarana atau prasarana penelitian, infrastruktur dan standar ilmiah, dokumentasi dan pemanfaatan informasi ilmiah.
  12. Tata kelola organisasi yang baik (good corporate governance) : mengukur kinerja organisasi untuk memantapkan sistem manajemen kelembagaan.
  13. Sumber daya manusia (SDM) yang kompeten : sda.
Kewenangan :

Untuk menjalankan fungsinya, LIPI mempunyai kewenangan :
  1. Penyusunan rencana nasional secara makro di bidangnya.
  2. Perumusan kebijakan di bidangnya untuk mendukung pembangunan secara makro.
  3. Penetapan sistem informasi di bidangnya.
  4. Kewenangan lain yang melekat dan telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu :
  • Perumusan dan pelaksanaan kebijakan tertentu di bidang penelitian ilmu pengetahuan.
  • Penetapan pedoman dan penyelenggaraan riset ilmu pengetahuan dasar.
  • Penetapan pedoman etika ilmiah, kedudukan dan kriteria kelembagaan ilmiah.
  • Pemberian ijin Peneliti Asing.
  • Pemegang kewenangan ilmiah dalam keanekaragaman hayati.
Kepala dan Wakil Kepala LIPI dari masa ke masa :

Kepala LIPI
  1. Sarwono Prawirohardjo (1967 - 1974)
  2. Tb. Bachtiar Rifai (1974 - 1984)
  3. Doddy A. Tisna Amidjaja (1984 - 1989)
  4. Samaun Samadikun (1989 - 1995)
  5. Soefjan Tsauri (1995 - 2000)
  6. Taufik Abdullah (2000 - 2002)
  7. Umar Anggara Jenie (2002 - 2010)
  8. Lukman Hakim (2010 - sekarang)
Wakil Kepala LIPI
  1. Didin Sumarna Sastrapradja
  2. Suparka (xxxx - 2003)
  3. Lukman Hakim (2003 - 2010)
  4. Endang Sukara (2010 - sekarang)
Mengenai LIPI

LALAB DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT SUNDA

Lalab makanan khas sunda
Dalam budaya dan kehidupan masyarakat Sunda, lalab sudah merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan sejak dahulu. Kalau dahulu lalab memiliki arti tersendiri dalam kehidupan tradisi di pedesaan, sekarang sudah merupakan bagian dari lingkungan kehidupan modern masyarakat kota. Lalab yang terdiri dari daun, pucuk, buah muda atau biji tanaman segar, sudah merupakan bagian dari program WHO “back to nature” atau makanan kaya serat, mineral dan vitamin untuk kesehatan dan kebugaran.

Lalab atau sayuran merupakan makanan berserat. Karenanya memakan lalab dan sayuran mentah akan banyak manfaatnya untuk kesehatan dan kebugaran tubuh serta kehalusan dan keindahan kulit, terutama untuk kulit muka wanita. Kalau masyarakat Barat (khususnya Eropa dan Amerika) bangga terhadap makanan segar asal tanaman yang disebut salads, maka masyarakat Indonesia juga bangga dengan “lalab” khususnya bagi kalangan masyarakat Sunda.

Obat peningkat “gairah”, tidak selamanya harus berasal dari obat hasil pabrikan yang mengandung banyak unsur kimia. Dalam hal ini kalau terus menerus dikonsumsi akan mempunyai efek samping. Obat-obatan yang berasal dari bahan-bahan alami seperti tanaman khususnya bagian dari tertentu yang berkhasiat sebagai obat dapat meningkatkan gairah.

Lalab “Tempo Doeloe”
Dari catatan lama tentang adat, kebiasaan dan tradisi orang Sunda, yang disebut lalab “tempo doeloe” umumnya berbentuk daun muda atau pucuk tanaman dari tumbuh-tumbuhan liar, baik yang ditemukan di hutan, sawah, kebun serta tempat-tempat lainnya. Jenis-jenis dari tanaman lalab tempo doeloe yang sekarang masih ada bahkan masih bisa dibeli atau didapatkan, serta jenis tanaman yang hanya tinggal kenangan merupakan masalah yang belum banyak dibicarakan. Misalnya saja antanan, gelang, gewor, godobos, jotang, jonge, sintrong dan senggang, saat ini masih bisa didapatkan di pedesaan. Walau dalam keadaan sudah langka, lalab tempo doeloe seperti bunut, jambu mede, jambu bol, koang, kosambi, kemang, kihapit, lampeni, mareme, putat dan sebagainya, kadang-kadang masih bisa ditemukan juga.

Lalab di Tempat Kondangan
Kehadiran lalab - sambal pada acara kondangan di Jawa Barat, sudah merupakan hal yang umum dan biasa. Misalnya untuk mengurangi peningkatan kadar kolesterol dalam darah yang diakibatkan makanan berlemak, dengan memakan lalab akan banyak menolong dalam menurunkan kadar lemak dalam darah. Tercatat lebih dari 10 jenis lalab yang umumnya ditemukan pada acara kondangan seperti kubis, buncis, ketimun, labu muda, paria, kacang panjang, imba (kedondong cina), daun ketela, terung, tespong dan surawung.

Lalab di Rumah Makan Sunda
Keberadaan rumah makan ke-Sunda-an ternyata bukan hanya di daerah Jawa Barat saja, tetapi sudah merambah ke daerah di luar Jawa Barat. Lalab sambal merupakan daya tarik yang khas pada rumah makan Sunda disamping pepes ikan, cobek ikan, ikan bakar dan sebagainya. Rasanya makanan kurang nikmat kalau didalam menunya tidak terhidang lalab dengan sambalnya. Beberapa jenis lalab yang sudah biasa dihidangkan adalah daun ketela pohon, jaat, jengkol, leunca, petai, seladah air, serawung, terung dan tespong.

Lalab dan Penyakit Masa Kini
Tanaman sejak pucuk, daun, bunga, buah, batang dan umbi mengandung zat gizi yang baik untuk pertumbuhan dan kesehatan tubuh. Beberapa lalab yang berkhasiat untuk pencegahan dan penyakit adalah sebagai berikut:
  • Kencing manis/diabetes mellitus: bisa diobati dengan 3 jenis makanan/lalab, yaitu koneng gede, temulawak, jengkol dan petai.
  • Penyakit Maag: bisa diobati dengan kunyit (kunir atau koneng), caranya adalah dengan memarut kunyit, tambahkan air matang, disaring tambahkan sebutir kuning telur, dan diminum setiap hari setelah sarapan pagi.
  • Obat lemah syahwat dan awet muda: Dengan mencampur 5 buah kembang sirih kering ditambah sedikit merica dan ragi kue, digerus hingga hancur menjadi tepung.
  • Obat peningkat “gairah”: Kalau rutin memakan biji wijen, biji waluh/labu besar, ginseng, dikeringkan dan dibuat serbuk serta diseduh air akan bisa meningkatkan gairah.
  • Bau mulut dan badan: Dengan sering makan lalab daun beluntas atau meminum rebusan daun sirih.

LALAB DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT SUNDA
Seni dan Budaya oleh Admin [SUNDANET]

Biografi Hosni Mubarak

Hosni Mubarak lahir pada 4 Mei 1928 di "Kafr El-Meselha", Governorat Al Monufiyah (Mesir). Saat masih belajar di perguruan tinggi, ia bergabung dengan Akademi Militer Mesir hingga meraih gelar Bachelor's Degree dalam Pengetahuan Militer pada tahun 1949. Pada tahun 1950, ia bergabung dengan Akademi Angkatan Udara dan kembali meraih gelar Bachelor's Degree untuk Pengetahuan Aviation serta Ia mengajar di Akademi Angkatan Udara pada periode 1952-1959. Pada tahun 1964, ia diangkat sebagai Kepala Delegasi Militer Mesir untuk USSR.

Di bawah Konstitusi Mesir 1971, Presiden Mubarak memiliki kuasa yang luas atas Mesir. Bahkan, dia dianggap banyak orang sebagai seorang diktator, meskipun moderat. Ia dikenal karena posisinya yang netral dalam Konflik Israel-Palestina dan sering terlibat dalam negosiasi antar kedua pihak.

Setelah bergabung di Akademi Militer FROUNZ (Uni Soviet), ia menjadi Komandan Pangkalan Udara Barat Kairo (1964) dan menjabat Direktur Akademi Angkatan Udara pada tahun 1968. Pada tahun 1969, ia menjabat Kepala Staf Angkatan Udara dan Komandan Angkatan Udara serta Wakil Menteri Peperangan (1972). Pada 1974, ia dipromosikan ke peringkat Letnan Jendral dan Wakil-Presiden Republik Arab Mesir (1975).

Pada 1979, ia menjabat Wakil-Presiden Partai Demokratik Nasional (NDP) dan langsung menjabat Presiden Republik Arab Mesir pada 1981. Pada 1982, ia menjabat Presiden Partai Demokratik Nasional dan terpilih kembali sebagai presiden (1987). Periode 1989-1990, ia menjabat Ketua Umum Organisasi Persatuan Afrika "OAU". Ia terpilih kembali sebagai presiden pada 1993 dan menjabat lagi sebagai Ketua Umum Organisasi Persatuan Afrika "OAU" pada periode 1993-1994. Sejak Juni 1996, ia menjabat Ketua Umum Arab Summit. Ia terpilih kembali sebagai presiden pada 1999 dan menjabat Ketua Umum G-15 pada periode 1998-2000.

Pernikahannya dengan Suzanne Mubarak melahirkan memperoleh dua anak, yaitu Alaa dan Gamal.

Muhammad Hosni Mubarak telah menjadi presiden Republik Arab Mesir sejak 14 Oktober 1981 menggantikan presiden Anwar Sadat. Hosni Mubarak dilatih sebagai pilot dan naik di jajaran angkatan udara Mesir selama 1960-an dan 70-an. Mubarak adalah wakil presiden Anwar Sadat pada tahun 1975 , dan pada tahun 1978 Mubarak menjadi wakil ketua Partai Demokrat Nasional / National Democratic Party (NDP), partai politik pemerintahan di Mesir. Ketika Sadat dibunuh, Mubarak menjadi ketua NDP. Sehingga ia punya kontrol penuh terhadap pemerintah. Berjalan tanpa perlawanan, Mubarak memenangkan kepresidenan dalam referendum nasional pada tahun 1987, 1993 dan 1999.Selama kepresidenannya, Hosni Mubarak telah fokus pada pertumbuhan ekonomi dan beringsut ke arah reformasi politik, tetapi hal itu diwarnai isu bahwa pemerintahannya dekat dengan kediktatoran. Pada tanggal 7 September 2005 ia dengan mudah memenangkan pemilihan sehingga ia menjabat presiden, lima kali berturut-turut. 

Namun rakyat Mesir turun ke jalan untuk memprotes Hosni Mubarak pada awal tahun 2011, agar dia segera mengundurkan diri dari kursi kepresidenan Mesir.

[id.wikipedia.org/wiki/Hosni_Mubarak]
[id.shvoong.com]
Biografi Hosni Mubarak, Presiden Mesir by bogisubasti

[EGYPT] Mesir ?

Republik Arab Mesir, lebih dikenal sebagai Mesir, (bahasa Arab: مصر, Maṣr) adalah sebuah negara yang sebagian besar wilayahnya terletak di Afrika bagian timur laut.

Dengan luas wilayah sekitar 997.739 km² Mesir mencakup Semenanjung Sinai (dianggap sebagai bagian dari Asia Barat Daya), sedangkan sebagian besar wilayahnya terletak di Afrika Utara. Mesir berbatasan dengan Libya di sebelah barat, Sudan di selatan, jalur Gaza dan Israel di utara-timur. Perbatasannya dengan perairan ialah melalui Laut Tengah di utara dan Laut Merah di timur.

Mayoritas penduduk Mesir menetap di pinggir Sungai Nil (sekitar 40.000 km²). Sebagian besar daratan merupakan bagian dari gurun Sahara yang jarang dihuni.

Mesir terkenal dengan peradaban kuno dan beberapa monumen kuno termegah di dunia, misalnya Piramid Giza, Kuil Karnak dan Lembah Raja serta Kuil Ramses. Di Luxor, sebuah kota di wilayah selatan, terdapat kira-kira artefak kuno yang mencakup sekitar 65% artefak kuno di seluruh dunia. Kini, Mesir diakui secara luas sebagai pusat budaya dan politikal utama di wilayah Arab dan Timur Tengah.

Sejarah peradaban Mesir membentang sejak tahun 3200 SM, melewati lima periode:
1. Pharaonic (3200-332 SM), melewati 30 dinasti.
  • Tahun 2690 SM, Piramid Cheops dibangun.
  • Tahun 2650 SM, Piramid Chepren cibangun.
  • Tahun 2600 SM, Piramid Mycerirtous dibangun.
  • Tahun 1391-1353 SM, Temple of Luxor dibangun
2. Yunanl (332-30 SM).
  • Tahun 323 SM, Kota Iskandariah dibangun.
  • Tahun 282-246 SM, Pharaos Light House dibangun.
3. Romawi (30 SM – 642 M).

4. Islam (642 M – 19i4), melewati beberaua ninasti yaitu:
  • Dinasti Thoulouniyah (868-905 M / 254-292 H).
  • Dinasti Ikhshids (935-969 M / 323-353 H).
  • Dinasti Fathimiah (969-1171 M /358-667 H). Dimasa ini didirikan Universitas AI-Azhar (21 Juni 972
  • Dinasti Ayyubiyah (1171-1250 M / 567-648 H).
  • Dinasti Mamalik (1250-1517 M / 648-922 H).
  • Dinasti Osmani (1517-1914 M). Dimasa ini Terusan Suez pertama kali dibuka (17 November 1869).

5. Mesir Modern (1914-sekarang):
  • 1914, Mesir menjadi propinsi Imperium Osmani, dijadikan sebagai protektorat Inggris.
  • 1922, Mesir memperoleh kemerdekaan terbatas dari Inggris, dan menjadi Kerajaan Konstitusional dengan Farouk sebagai rajanya.
  • 23 Juli 1952, Farouk digulingkan oleh Gamaf Abdel Naser, Anwar Sadat dan Mohammad Naguib. Peristiwa ini dikenal dengan revolusi 23 Juli, yang kemudian dijadikan Hari Nasional Mesir.
  • 18 Juli 1953, Mesir menjadi Negara Republik, dengan Jenderal Mohammad Naguib sebagai Presiden.
  • 25 Februari 1954, Jenderal Mohammad Naguib digulingkan oleh Gamal Abdel Naser.
  • 23 Juni 1954., Gamal Abdel Naser terpilih sebagai presiden.
  • 29 Oktoter 1956, Inggris, Perancis dan Israel menyerang Mesir yang kemudian dikenal dengan Tripartit e Agression. .
  • Oktober 1970, Gamal Abdel Naser meninggal dunia dan digantikan oleh Anwar Sadat.
  • 6 Oktober 1973, Mesir dan Syria menyerang Israel hingga meraih kemenangan. Perang ini dikenal dengan perang 10 Ramadhan.
  • September 1978, Penandatangan Kesepakatan Perdamaian Camp David Agreement. 6 Oktober 1981, Presiden Anwar Sadat meninggal akibat penembakan.
  • 13 Gktober 1981, Moharnmad Hosni Mubarak dilantik sebagai Presiden dan bertahan hingga kini.
Wisata Kota Kairo

Piramida dan Sphinx
Di Mesir terdapat kurang lebih 97 Piramida yang tersebar di seantero Mesir. Piramida yang terkenal adalah 3 Piramida,yang terletak di Provinsi Giza, Piramida tersebut adalah: Piramida Cheops, Piramida Chepren dan Piramina Mycherinos.
Piramida Cheops adalah piramida terbesar yang dibangun oleh Raja Cheops pada tahun 2690 SM. Tingginya mencapai 146 M, tapi karena dimakan usia tersisa hanya 136 M. Piramida Chepren dibangun oleh Putra Raja Cheops pada tahun 2650 SM, tingginya 136 m, panjang sisinya 214 m. Lalu, Piramida Micherinous dibangun oleh Cucu Raja Cheops yang bernama Mycherinous pads tahun 2800 SM, tingginya 82 m, panjang alslnya 104 m. Sphinx adalah patung singa yang berkepala manusia. Dibangun oleh Raja Chepren pada tahun 2650 SM. Panjangnya 57 m dengan tinggi 20 meterletak sekitar <200 m dari Piramida.

Musium Nasional Mesir
Musium adalah kebanggan rakyat Mesir karena di dalamnya menyimpan peninnggalan purbakala yang tidak ternilai harganya. Bangunan ini terletak di pusat kota Kairo tepatnya di daerah Maidan Tahrir. Bangunan in dibangun oleh Raja Khediev Abbas Hilmi II pada tahun 1897 M dan dibuka untuk umum pada tahun 1902 M. Terdiri dari dua lantai, lantai dasar memamerkan patung-patung dari batu dan kayu, kuburan dan perahu yang dipakai pada masa mesir kuno.
Kemudian di lantai dua terdapat ruang mumi raja-raja diantaranya mumi Ramses II yang diyakini oleh ahli sejarah sebagai Fir’aun yang hidup pada zaman Nabi Musa.

Benteng Shalahuddin Al-Ayyubi
benteng Shalahuddin terletak di Bukit Muqattam. Dibangun oleh Shalahuddin AI-Ayyubi antara tahun 1176-1183 M. ketinggian tembok benteng mencapai 10 m dengan tebal 3 m. Benteng ini dibangun untuk mempertahankan Kota Kairo dari serangan pasukan salib.

Masjid ‘Amr bin ‘Ash
Merupakan Masjid pertama di Benua Afrika, dibangun oleh Panglima ‘Amr bin ‘Ash pada tahun 21 H/641 M. Panglima ‘Amr bin ‘Ash adalah panglima yang diutus oleh Khalifah kedua Umar bin Khattab untuk membebaskan Mesir dari penjajahan bangsa asing.

Masjid Muhammad Ali
Masjid ini terletak di dalam Benteng Shalahuddin Al-Ayyubi. Dibangun oleh Raja Muhammad Ali Pasha pada tahun 1830 m. Seluruh bahan bangunan masjid ini terdiri dari marmer yang indah sehingga masjid ini dijuluki Masjid Marmer (Allabaster Mousque). Di bagian belakang masjid terdapat kuburan Muhammad Ali Pasha.

Masjid Al-Azhar
Masjid AI-Azhar dibangun oleh Jauhar as-Siqilli atas perintah Muiz Lidinillah yang memerintah Dinasti Fatimiyah pada tahun 359 H/970 M. Masjid ini merupakan cikal-bakal Universitas Al-Azhar, karena di dalam masjid ini juga dilaksanakan proses belajar mengajar sejak tahun 975 M/365 H.

Masjid Sayyidina Hussein
Dinamakan demikian karena di dalam masjid ini terdapat makam Sayyidina Hussein, cucu Nabi Muhammad Saw. Menurut ahli sejarah, di dalam masjid ini hanya dimakamkan kepala Sayyidina Hussein, kemudia ada juga yang berpendapat bahwa jasad Sayyidina Hussein juga dimakamkan di sini, karena telah dipindahkan oleh Pemerintah Dinasti Fatimiyah dari Asqalan ke Kairo. Wallahu a’lam.

Masjid Imam Syafi’i
Masjid ini berada di kawasan Hayyu Syafi’i. Terletak di pinggiran Kota Kairo dibangun oleh Pangeran Abdurrahman Kadkhuda tahun 1157 H. Makam Imam Syafi’i berada di samping masjid ini bersebelahan dengan Makam Sultan Muhammad Kamil (Paman Shalahuddin Al-Ayyubi) dan Ibunya Malikatu Syam, serta makam temannya yang bernama Abdullah bin Hakam.

Wisata Alexandria

Perpustakaan Alexandria
Merupakan perpustakaan kebanggan Rrakyat Mesir, hingga mendapat julukan Piramida keempat. Pada mulanya perpustakaan ini didirikan oleh Alexander The Great (Iskandar yang Agung) pada tahun 228 SM mengoleksi kurang lebih 500.000 manuskrip. Namun, perpustakaan ini pernah dibakar oleh Pasukan Julius Kaisar pada tahun 48 SM hingga buku-buku di dalamnya hangus. Tapi, Mark Antonio yang datang setelah Julius Kaisar menghadiahkan 200.000 buku kepada Kleopatra (pemimpin Mesir ketika itu) yang berlanjut ke kisah cintanya.

Untuk kedua kalinya Perpustakaan ini hancur pada tahun 391 M, ketika itu pasukan Romawi menghancurkan seluruh bangunan yang di dalamnya terdapat arca dan patung, ketika itu di dalam perpustakaan juga terdapat patung dan arca-arca hingga tak luput dari keganasan tentara Romawi.
Kini, perpustakaan ini kembali berdiri kokoh dengan bentuk arsitektur yang sangat unik, berbentuk setengah matahari terbit. Dibangun sejak tahun 1990-2002 atas prakarsa pemerintah Mesir bekerjasama dengan UNESCO menghabiskan dana sebesar US$ 220 juta.

Pantai dan Taman Muntazah
Merupakan tempat peristirahatan raja-raja sebelum meletus Revolusi 23 Juli 1952. Taman ini terletak di tepi laut tengah dengan berbagai jenis bunga dan tanaman. Di dalam taman ini juga terdapat Istana Raja Farouk yang megah, terletak di tempat tertinggi dan menghadap ke laut.

Masjid Abul ‘Abbas Al-Mursi
Masjid ini berada di tepi pantai Kota Alexandria, berbentuk segi enam dan dipenuhi kaligrafi nan indah. Di dalam masjid inilah seorang Sufi pengikut tarekat Syadziliyah dimakamkan. Beliau adalah Abul ‘Abbas Al-Mursi yang lahir di Mursiah, Andalusia (kini Spanyol) tahun 616 H dan wafat pada tahun 685 H.

Benteng Qeit Bey
Merupakan benteng pertahanan untuk melindungi Kota Alexandria dari serangan luar. Dibangun oleh Sultan Qeit Bey, salah seorang Sultan Dinasti Mamalik pada tahun 1472 M. luas benteng keseluruhan sekitar dua hektar. 

[id.wikipedia.org/wiki/Mesir]
[wawasanislam.wordpress.com]
Sejarah Singkat Mesir by wawasanislam