Tampilkan postingan dengan label WISATA. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label WISATA. Tampilkan semua postingan

Lagu Situ Wanayasa Mp3 - Ganika Nada


Group : Ganika Nada
GANDASOLI WANAYASA
Vocal : DICK DOANK



Kampung Tajur - Desa Wisata Lembur Kahuripan Purwakarta

Kampung Tajur adalah daerah yang dijadikan tempat wisata wawasan lingkungan, tradisi, budaya kampung tersebut dan melibatkan masyarakat setempat. Masyarakat setempat orang Sunda jadi yah pasti tradisi dan budaya orang sunda sajalah yang di wisatakan tapi jangan salah karena tempatnya diplosok tapi meski plosok suasananya mantap adem dingin ya pastilah tapi dinginnya seger karena banyak pohon cocoklah buat sekalian ngadem.

Desa Wisata Lembur Kahuripan Kecamatan Bojong. Desa Wisata Bojong terletak di Desa Pasanggrahan Kecamatan Bojong, sekitar 35 Km dari Kota Purwakarta, kurang lebih 650 meter dari permukaan laut. Temperatur udara rata-rata berkisar antara 17 s/d 20 Derajat Celsius. Dikelilingi pepohonan, bukit hamparan sawah, pemandangan alam Gunung Burangrang dan areal perkebunan rakyat. Jaringan jalan yang melintasi Desa Wisata Bojong, meliputi jalan kabupaten, jalan desa, jalan batu dan jalan tanah.

Wisata Kampung Tajur Desa Pasanggrahan merupakan kegiatan / aktifitas ekowisata di desa Bojong Tajur, Purwakarta dengan konsep pengembangan dan pemberdayaan masyarakat (Ecotourism based on community development). Atraksi wisata yang disuguhkan berupa ragam kegiatan dengan atmosfer dengan sentuhan aktifitas alam pedesaan dan memiliki karakteristik yang khas (terutama rumah panggung yang ditata sedemikian rupa) sehingga berfungsi sebagai sarana wisata berupa akomodasi bagi para pengunjung.desa ini juga merupakan tempat wisata pendidikan di alam terbuka dan tempat pembinaan siswa yang bernuansa pedesaan memiliki karakteristik yang khas (terutama rumah panggung ditata sedemikian rupa) sehingga berfungsi sebagai sarana wisata berupa akomodasi bagi para pelajar

Tradisi dan budaya Sunda masih kental melekat pada masyarakat kampung Tajur. Hal ini langsung terlihat pada saat berkunjung kesana. Lingkungan yang masih asri, dengan rumah pangung khas Sunda menunjukkan sisi budaya yang kuat.
Dapur di Kampung Tajur

Untuk memasak juga masih memakai peralatan tradisional (kayu bakar), meskipun ada juga yang menggunakan gas bantuan pemerintah. Untuk menghasilkan beras tak jarang pula masih menggunakan lumpang dan alu untuk menumbuk gabah.

Selain itu ada juga tradisi Ngencleng yang masih di jaga, masyarakat kampung Tajur memiliki sebuah tradisi atau kebiasaan unik yang sampai saat ini masih dilakukan, yaitu Ngencleng dimana setiap warga meletakkan sebuah bambu yang berisi beras di depan pintu rumah mereka masing-masing. Tradisi Ngecleng ini dilakukan oleh masyarakat untuk mengantisipasi bencana kelaparan apabila kampung mereka tertimpa musibah seperti gagal panen ataupun hasil panen kurang baik.

Biasanya batang bambu berisi beras yang berukuran 10 cm itu akan diambil oleh petugas keamanan pada malam hari lalu mengumpulkan dan menyimpan beras-beras tersebut di balai desa. Simpanan beras-beras tersebut akan dipergunakan jika panen gagal dengan membagikannya secara merata kepada setiap penduduk atau dijual kembali ke pasar dan hasil penjualannya untuk menutupi kebutuhan kampung seperti pembuatan pagar dan perbaikan jalan.

Kegiatan yang sudah dilakukan secara turun temurun di daerah ini selain Ngecleng adalah Tetunggulan. Tetunggungan atau kegiatan menumbuk padi ini tidak setiap hari dilakukan, hanya pada acara-acara khusus saja seperti penyambutan tamu, hajatan/syukuran, peringatan hari kemerdekaan Republik Indonesia (17 Agustus).


oleh-oleh kampung tajur
Potensi lokal yang dapat dikembangkan menjadi usaha cinderamata saat ini, antara lain hasil kerajinan rakyat seperti halnya gula aren, gula kawung, borondong, dodol, ranginang dan kerajinan batok kelapa.

Untuk mencapai Desa Wisata Kampung Tajur, Pasanggrahan, Purwakarta ini membutuhkan waktu kurang lebih 2,5 jam dari Jakarta.
  • Melalui Jalan Tol Jakarta – Cikampek kemudian menuju ke arah Bandung (Tol Cipularang)
  • Keluar di pintu Tol Jati Luhur, ikuti jalan (kurang lebih sejauh 21 Km) sampai pertigaan Sawit - Darangdan kemudian belok kiri.
  • Ikuti jalan tersebut sampai bertemu dengan gapura dan papan petunjuk Madrasah Aliyah, kemudian masuk ke jalan tersebut. 
  • Pada ujung jalan akan ketemu dengan kelurahan (kira-kira sejauh 11 Km). Bis-bis berukuran besar hanya dapat sampai disini.
  • Masuk ke jalan desa kurang lebih 3 KM untuk mencapai Kampung Tajur.
__________________________________________
Lembur Kahuripan Desa Wisata Kampung Tajur
Pasanggrahan Bojong Purwakata

Pencak Silat Syahbandar | Wisata Budaya Purwakarta

Nama Pencak Silat Syahbandar, di ambil dari nama Guru Pencak Silat di daerah Wanayasa dan Purwakarta yaitu Muhamad Kosim atau Mama Syahbandar. Berdiam di Kampung Sabandar Kecamatan Karang Tengah Kabupaten Cianjur. Lahir pada tahun 1766 dan meninggal dunia pada tahun 1880, di makamkan di Wanayasa Purwakarta. Selama hidup di Cianjur mengalami pemerintahan dua Bupati yaitu Dalem Pancaniti (Koesoemaningrat) memerintah Cianjur antara tahun 1832-1861 dan Dalem R. Alibasyah VIII (R. Aria Prawiradiredja) memerintah pada tahun 1864-1910.

Gaya Pencak Syahbandar mempunyai perbedaan dari gaya Pencak yang lain, yaitu tidak banyak menggunakan tenaga, karena gerakannya kebanyakan menghindari serangan lawan dan membiarkan terbawa oleh arus tenaga lawan sendiri. Pencak Syahbandar banyak mempergunakan gerakan Depok (merendah), jadi gerakan-gerakan lebih di tekankan pada bagian bawah.

Suatu ketika, pengurus kebun R.H. Musa, menemukan seseorang yang tinggi besar di tepi jalan seperti orang kebingungan, setelah di tanya dia menjawab bernama Kosim dari Betawi yang sedang mencari pekerjaan. Keesokan harinya Kosim di suruh membantu pekerjaan pengurus kebun itu, yaitu untuk mengurus kebun kelapa dan kolam. R.H. Musa pemilik kebun tersebut seperti hari-hari minggu sebelumnya datang untuk memeriksa kebunnya. Beliau kaget karena di kebunnya ada pegawai baru tanpa sepengetahuannya. Setelah mengambil kebijaksanaan akhimya Kosim oleh R.H. Musa di angkat sebagai pegawai Kebunnya. Selama 4 tahun Kosim mengabdi kepada R.H. Musa, tak seorangpun yang mengetahui bahwa Kosim menguasai Maenpo (Pencak). Pada hari itu setelah Kosim selesai bekerja, ia duduk di sudut memperhatikan majikannya sedang berpencak Silat dengan keluarganya. Akhirnya oleh R.H. Enoh, Kosim di suruhnya ikut berlatih. Kosim di suruhnya berlatih jurus dan kuda-kuda, namun Kosim tetap tidak memperhatikan kemahirannya, sehingga Kosim oleh R.H. Enoh hanya di suruh memukul saja, mengingat badannya tinggi dan besar.

Sekali waktu, ketika serangan R. H Enoh di sambut Kosim dengan manisnya, R.H. Enoh kehilangan keseimbangan badan, secepat kilat Kosim menggerakan tangannya sehingga R.H. Enoh jatuh. Semuanya kaget dan heran, tak seorang pun menyangka bahwa Kosim seorang jago Pencak Silat. Untuk kedua kalinya Kosim di coba lagi keterampilannya, dan untuk kedua kalinya pula R.H. Enoh jatuh tersungkur, di permainkan dengan kecepatan gerakan kaki. Maka sejak itulah Kosim di anggap guru Pencak Silat R.H. Ibrahim sekeluarga, dan sejak itu pulalah Kosim berganti nama menjadi Mama Syahbandar. Selanjutnya dari Kampung Sabandar pindah ke Cianjur di Kampung Pulo Desa Cianjur Kaler. Murid-muridnya, di antaranya adalah : R.H. Enoh, R.H. Musa, R.H. Abdul Sirodj (Ayahnya R. Obing Ibrahim), R.H. Emod Bojong Kerang, R. Ucin Busrin Kedung, R. Apit Selakopi, R. Obing Ibrahim Kampung Kaum Cianjur, Bapak Umar, Mama H. Atda, R. Abdurahman Purwakarta, R. Natadipura atau Mama Wekling (Kweekeling) Wanayasa. Selanjutnya atas usaha R. H. Enoh, Pencak Silat Cikalong dan Syahbandar di gabungkah dan di kemas Iebih di sempumakan lagi. Di lakukan oleh R.H. Enoh, R.H. Musa, dan Bapak Umar, yang kemudian mengajarkannya lagi kepada keluarganya di Cianjur.

Seperti halnya Pencak Silat Cikalong, Pencak Silat Syahbandar oleh Mama Syahbandar di rahasiakan, sehingga orang Cianjur sendiri tidak mengetahuinya. Alasannya ialah karena banyak murid-murid Pencak Cikalong yang pindah berguru kepada Pencak Syahbandar. Hal tersebut oleh Mama Syahbandar di perhitungkan, yang pasti akhimya akan menimbulkan pertentangan bila di ketahui oleh RH. Ibrahim. Mencegah hal tersebut Mama Syahbandar memutuskan pindah dari Cianjur dan menetap di Wanayasa hingga beliau tutup usia pada tahun 1880. Mama Syahbandar pemah berkata bahwa Air kopi di minum orang Cianjur dan sisanya di minum orang Purwakarta dan Wanayasa. Jelaslah dalam hal ini bahwa Pencak Silat yang di ajarkan oleh Mama Syahbandar yang tersebar di wilayah Purwakarta, pada mulanya berasal dari Cianjur. Penyebaran selanjutnya di lakukuan oleh para putra R.H. Ibrahim Cikalong di antaranya adalah; R. Uton Natadilaga putra R.H. Ibrahim, R. Odang Mukarodin Cikalong, R. Ikat Cikalong, dan yang lainnya.
____________________________________
Sumber : http://www.disparbud.jabarprov.go.id

Wisata Budaya Purwakarta

1. Gedung Negara

#Foto Gedung Negara
Gedung Negara yang dibangun semasa zaman kolonial Belanda tahun 1854 dengan gaya arsitektur Eropa, kini berdiri megah sebagai Kantor Bupati Kabupaten Purwakarta, tepatnya di Jalan Gandanegara No.25. Disamping gedung ini arsitekturnya antik, juga memiliki nilai sejarah perjuangan bagi masyarakat Purwakarta, baik di masa Pemerintahan kolonial Belanda maupun Pemerintahan Jepang.

2. Gedung Kresidenan
#Foto Gedung Kresidenan
Gedung kuno kresidenan dengan arsitektur Eropa yang antik, kini terpelihara dengan baik dan diperkirakan dibangun tahun 1854 semasa pemerintahan kolonial Belanda. Kini Gedung kuno tersebut menjadi Kantor Badan Koordinasi Wilayah IV Purwakarta dan terletak di Jalan KK. Singawinata.

3. Mesjid Agung Purwakarta
#Mesjid Agung Purwakarta
Di samping Gedung Negara terdapat Mesjid Agung yang dibangun pada zaman kolonial Belanda pada tahun 1826 M. Atas dorongan dan keinginan masyarakat Purwakarta, Bupati Purwakarta Bapak Drs. H. Bunyamin Dudih, SH, menjadi Ketua Panitia Pembangunan Mesjid Agung Purwakarta. Pada tanggal 25 Juli 1993 mulai dipugar dengan tetap mempertahankan bentuk asli dan nilai sejarahnya. Kemudian Mesjid Agung Purwakarta diresmikan oleh Gubernur Jawa Barat pada tanggal 16 Januari 1995. Pada tahun 2010, Mesjis Agung kembali dilakukan renovasi.

4. Sentra Pembuatan Keramik Plered
#Foto Keramik Plered
Pembuatan keramik Plered berlangsung turun temurun diperkirakan sejak tahun 1904, sehingga menghasilkan mutu keramik yang baik dan diekspor antara lain ke Jepang, Belanda, Thailand, Singapura dan negara-negara lainnya. Jenis keramik Plered adalah gerabah, terakota dan porselen. Jumlah pengusaha keramik Plered kira-kira 80 unit usaha.Terletak di Desa anjun, 13 km dari kota Purwakarta.

5. Industri Kain Songket

Kain Songket Purwakarta diproduksi sejak tahun 1956 oleh PT Sinar, terletak di dalam kota Purwakarta. Jenis kain songket antara lain songket Parahyangan `Tjitraresmi`, sarung tenun dan taplak meja, Dayang Sumbu dan lainnya, diekspor ke Brunai dan untuk konsumsi dalam negeri dengan produksi rata-rata 60.250 potong per-tahun.

6. Kesenian Daerah
#Foto Kesenian Daerah
Kesenian Buncis dan Domyak merupakan kesenian khas Purwakarta, terdapat pula jenis kesenian wayang golek, celempungan, tari-tarian, degung, ketuk tilu, jaipongan, tungbrung, reog, calung dan kesenian-kesenian daerah lainnya.

7. Makanan Khas dan Cinderamata

Untuk wisata kuliner, Purwakarta merupakan surga bagi para penikmat makanan. Rumah makan tersebar diberbagai tempat, yang menyediakan berbagai makanan khas seperti sate maranggi, ayam goreng atau ayam bakar (bakakak) atau makanan khas sunda lainnya. Disamping itu, panganan khas seperti Simping, Peuyeum Bendul, gula Cikeris, manisan pala, teh hijau, colenak, opak dan lainnya, merupakan oleh-oleh yang wajib dibawa pulang oleh para pendatang.

Selain itu untuk melengkapi kunjungan anda, banyak jenis cinderamata yang dapat dijadikan kenang-kenangan, antara lain keramik Plered, kain Songket, wayang golek, kerajinan bambu, dan lain-lainnya.
_____________________________
Obyek Wisata di Kabupaten Purwakarta

Wisata Ziarah | Pariwisata Purwakarta

Situ Wanayasa 1910-32
Tokoh Islam yang mewarnai sejarah Purwakarta, dapat ditelusuri melalui tempat ziarah, yaitu:

1. Makam RA. Suriawinata

Makam pendiri kota Purwakarta, yaitu R. Aria Suriawinata yang meninggal tahun 1827, beliau Bupati Karawang yang ke-9, letaknya di tengah-tengan Situ Wanayasa, 25 km dari Kota Purwakarta.

2. Makam Keramat Baing Yusuf

Terletak di belakang Mesjid Agung Purwakarta, yang meninggal pada tahun 1856. beliau seorang tokoh agama Islam yang disegani sehingga banyak yang melakukan ziarah ke makamnya.
Bagi para peziarah yang ingin mengunjungi makam ini, akses masuk sudah dibuat dengan sangat mudah karena berada di kompleks pemakaman umum. Pada bagian sisi utara, kompleks ini dilengkapi dengan bangunan cungkup permanen berukuran 12 x 20 m. Atap bangunan berbentuk limas memanjang timur-barat. Di dalam cungkup terdapat Jirat makam Syekh Muhammad Yusup berukuran 1,60 X 2,50 m, peziarah dapat langsung mengetahui makam karena nisan bergaya Aceh, berbentuk gada dengan penampang lintang segi delapan.Lokasi: Jl. Gandanagara, Kampun g Kaum, Desa Cipaisan, Kecamatan Purwakarta, Kabupaten Purwakarta. http://disparbud.jabarprov.go.id

3. Makam Keramat Sempur

Makam keramat Sempur adalah Makam Mama Sempur, seorang tokoh agama Islam yang disegani dan terkemuka, sehingga sekarang banyak pengunjung berziarah ke makam tersebut. Letaknya di Sempur-Plered, 14 km dari kota Purwakarta.***.
_____________________
http://purwakartakab.go.id
http://disparbud.jabarprov.go.id
Google

Waduk Cirata | Pariwisata Purwakarta


Waduk Cirata terbentuk dari adanya genangan air seluas 62km2 akibat pembangunan waduk yang membendung Sungai Citarum. Genangan waduk tersebut tersebar di 3 (tiga) kabupaten, yaitu Kabupaten Cianjur, Purwakarta dan Kabupaten Bandung. Genangan air terluas terdapat di Kabupaten Cianjur, yang kemudian dimanfaatkan sebagai daya tarik wisata rekreasi berbasis air. Saat ini objek wisata tirta yang paling berkembang dan ramai dikunjungi wisatawan lokal di kawasan Waduk Cirata adalah Jangari dan Calingcing di Kabupaten Cianjur. Padahal selain kedua tempat tersebut, masih banyak daya tarik potensial lainnya yang belum dikembangkan, seperti bendungan dan teknologinya, wisata agro, dan ekowisata hutan. Lokasi yang strategis maupun daya tarik yang cukup beragam tadi nampaknya belum cukup untuk menjadikan objek wisata ini dikunjungi wisatawan non lokal, terlebih mancanegara.

Waduk Cirata terbentuk dari adanya genangan air seluas 62km2 akibat pembangunan waduk yang membendung Sungai Citarum. Genangan waduk tersebut tersebar di 3 (tiga) kabupaten, yaitu Kabupaten Cianjur, Purwakarta dan Kabupaten Bandung. Genangan air terluas terdapat di Kabupaten Cianjur, yang kemudian dimanfaatkan sebagai daya tarik wisata rekreasi berbasis air. Saat ini objek wisata tirta yang paling berkembang dan ramai dikunjungi wisatawan lokal di kawasan Waduk Cirata adalah Jangari dan Calingcing di Kabupaten Cianjur. Padahal selain kedua tempat tersebut, masih banyak daya tarik potensial lainnya yang belum dikembangkan, seperti bendungan dan teknologinya, wisata agro, dan ekowisata hutan. Lokasi yang strategis maupun daya tarik yang cukup beragam tadi nampaknya belum cukup untuk menjadikan objek wisata ini dikunjungi wisatawan non lokal, terlebih mancanegara.

Potensi Objek dan Daya Tarik Wisata

Kawasan Waduk Cirata dengan luas 43.777,6 ha terdiri dari 37.577,6 ha wilayah daratan dan 6.200 ha wilayah perairan. Fungsi utama waduk sebagai pembangkit tenaga listrik, ternyata menimbulkan berbagai kegiatan ikutan yang berkembang di kawasan Cirata, termasuk pariwisata. Dengan memanfaatkan kondisi alam dan lingkungan air yang terbentuk di kawasan ini, potensi daya tarik wisata tersebut berkembang dan menarik wisatawan untuk berkunjung ke beberapa lokasi di kawasan Waduk Cirata.

Objek wisata Jangari yang terletak di Desa Bobojong, Kecamatan Mande yang berjarak + 17 km dari pusat kota Cianjur, memiliki luas sekitar 15 ha. Sedangkan Calingcing berlokasi di Desa Sindangjaya, Kecamatan Ciranjang, sekitar 20 km dari kota Cianjur, dengan luas sekitar 5 ha. Kedua lokasi tersebut sangat strategis karena berada pada titik pertemuan dua lintasan pintu masuk menuju wilayah pengembangan pariwisata Cirata yaitu dari arah Cianjur (Jakarta dan Bogor) serta Ciranjang (dari Bandung) yang memiliki potensi pasar wisatawan yang sangat besar. Untuk menuju ke Jangari terdapat rute angkutan umum dari pusat kota Cianjur. Aksesibilitas ke Calingcing tidak sebaik Jangari. Lokasi Calingcing lebih jauh dari pusat kota Cianjur dan belum ada angkutan umum menuju lokasi tersebut.

Di lokasi Jangari dan Calingcing wisatawan dapat menikmati rekreasi alam terbuka, dengan berbagai aktivitas yang dapat dilakukan seperti melihat-lihat pemandangan genangan air waduk, berperahu, memancing atau hanya sekedar berjalan-jalan dan duduk–duduk bersama teman atau keluarga sambil menikmati makanan yang mereka bawa. Kegiatan berperahu mengelilingi waduk Cirata dikenai tarif sekitar Rp. 30.000,- untuk berperahu selama 2-3 jam. Atraksi yang dapat dinikmati oleh pengunjung pada saat berperahu mengelilingi waduk adalah melihat jaring terapung dan budidaya ikan sambil menikmati hidangan berupa ikan bakar/goreng yang disediakan oleh salah satu rumah makan terapung yang terdapat di lokasi tersebut. Namun saat ini, populasi jaring terapung yang cukup banyak terkesan hampir menutupi permukaan waduk, sehingga dapat mengurangi kenyamanan wisatawan/pengunjung pada saat melakukan pesiar, karena menghalangi pemandangan keseluruhan.

Fasilitas penunjang yang tersedia di lokasi Jangari diantaranya pelataran parkir yang cukup luas, namun sayangnya belum tertata dengan baik. Hal tersebut terlihat pada saat hari libur dengan jumlah pengunjung yang banyak, ruang parkir menjadi tidak teratur dan terkesan semrawut. Fasilitas lainnya yaitu toilet umum -namun kondisinya kurang bersih, demikian juga dengan kondsi lingkungan keseluruhan. Saung-saung yang terletak di sepanjang jalan di dekat pusat keramaian Jangari dapat disewa oleh pengunjung untuk duduk-duduk dan beristirahat.

Untuk memenuhi kebutuhan wisatawan juga tersedia kios-kios dan warung-warung makanan yang menjual berbagai makanan dan minuman serta barang-barang dagangan lainnya. Selain warung, pedagang kaki lima terlihat cukup banyak menggelar dagangannya. Letak kios dan warung-warung tersebut saat ini belum tertata dengan baik, dan kurang menjaga kebersihan sekitarnya. Sebagian besar kios-kios tersebut terletak di tepi sempadan genangan, sehingga menghalangi pemandangan langsung ke bentangan waduk.

Untuk menambah daya tarik wisata di Jangari pada setiap hari libur/besar pihak pengelola menyediakan atraksi-atraksi kesenian tradisional maupun modern yang digemari oleh para pengunjung seperti jaipongan atau musik dangdut. Saat ini pengelolaan objek dan daya tarik wisata Jangari dan Calingcing dilaksanakan oleh Pemda Cianjur, mengingat kedua lokasi tersebut berada pada wilayah administrasi Kabupaten Cianjur. Objek wisata Calingcing tidak seramai dan belum berkembang seperti Jangari.

Selain lokasinya lebih jauh dari jalan raya Cianjur, tempat ini juga tidak dilalui kendaraan umum. Fasilitas yang tersedia di Calingcingpun tidak selengkap dan sebanyak yang terdapat di Jangari, meskipun harga tiket masuk yang dikenakan ke pengunjung sama, yaitu Rp. 500,-/orang. Selain Jangari dan Calingcing, lokasi lainnya relatif belum berkembang dan dikunjungi wisatawan.

Padahal lokasi dimana dam site Cirata berada potensial untuk dikembangkan sebagai objek wisata pendidikan dan penelitian berbasis teknologi. Pihak pengelola waduk Cirata (BPWC) bahkan telah memiliki rencana pengembangan kawasan ini untuk menjadi resor wisata, namun pembangunannya terhambat masalah sumber daya.

Karakteristik Pengunjung

Jika dilihat dari kedatangan pengunjung di kawasan Waduk Cirata ini terlihat bahwa pengunjung sangat terkonsentrasi di objek wisata Jangari. Jumlah pengunjung objek wisata tersebut pada tahun 2001 adalah 17.516 orang (Dishubpar Kab. Cianjur, 2002).

Jumlah ini sebenarnya mencakup pengunjung ke objek wisata Calingcing juga dan diperkirakan masih dibawah angka yang sesungguhnya karena banyaknya pengunjung yang tidak membeli karcis masuk. Pengunjung ke tempat lainnya di kawasan Waduk Cirata masih sangat terbatas -kalaupun ada jumlahnya sangat sedikit dan sproradis.

Dari hasil studi yang dilakukan Bappeda Jawa Barat di kawasan Waduk Cirata tahun 2002, wisatawan yang berkunjung ke Jangari berasal dari Cianjur (82,3%), Bandung (3,2%) dan dari Jawa Barat lainnya (14,5%). Sangat jarang ditemui pengunjung dari luar Jawa Barat, apalagi wisatawan mancanegara.

Kelompok usia pengunjung adalah muda dewasa dari golongan pendapatan menengah bawah. Tidak tampak perbedaan menyolok antara persentase pengunjung pria maupun wanita. Secara umum karakteristik tersebut merupakan karakteristik pengunjung ke objek wisata rekreasi.

Berdasarkan karakteristik perjalanannya ternyata objek wisata Jangari ini adalah tujuan tunggal wisatawan. Hanya 9% yang juga mengunjungi objek wisata lainnya selain Jangari dalam kunjungan wisata tersebut. Yang cukup menarik adalah bahwa kunjungan untuk lebih dari yang keduakalinya memperlihatkan persentase yang cukup besar yaitu 61,5%. Lebih dari 90% yang berkunjung untuk yang keduakalinya ini berasal dari Cianjur.

Pengunjung umumnya menghabiskan waktu antara 3-5 jam di objek wisata ini, dengan kegiatan utama melihat-lihat panorama waduk (sight seeing). Kegiatan berperahu ternyata tidak banyak menarik pengunjung, diperkirakan juga karena harus mengeluarkan biaya lebih.

Hasil studi karakteristik tersebut memperlihatkan bahwa objek wisata Jangari saat ini baru merupakan konsumsi pengunjung lokal, yaitu dari Cianjur dan sekitarnya. Kegiatan yang dilakukan di objek tersebut saat ini merupakan kegiatan rekreasi umum berbasis alam, khususnya air.

Objek Lokal yang Potensial

Potensi daya tarik yang dimiliki kawasan Waduk Cirata secara keseluruhan sebenarnya sangat beragam. Selain daya tarik wisata tirta yang menjadi objek wisata rekreasi paling berkembang saat ini, bendungan dengan teknologi pembangkit listrik di dalam perut bumi merupakan objek wisata pendidikan dan penelitian yang belum tergali. Demikian juga dengan potensi wisata agro selain perikanan jaring terapung, wisata alam hutan, maupun wisata budaya dan kesenian yang belum banyak dilirik.

Mengingat lokasi dan aksesibilitasnya yang sangat baik, objek wisata di kawasan ini sangat potensial untuk menarik wisatawan dari luar Cianjur. Keberadaan kawasan wisata Puncak, maupun jalur regional Jakarta-Cianjur-Bandung merupakan sumber wisnus maupun wisman yang potensial. Demikian juga dengan perkembangan jalur Purwakarta-Padalarang.

Luasnya kawasan dengan daya tarik yang beragam dan tersebar di kawasan Waduk Cirata menyebabkan pengembangan kepariwisataan perlu didistribusikan dengan tema-tema dan sasaran pasar yang berbeda-beda. Peningkatan kualitas produk mencakup kualitas daya tarik dan fasilitas penunjang di kawasan ini perlu dilakukan, sehingga diharapkan dapat menarik pangsa pasar wisatawan lain dari golongan menengah atas.

Mengembangkan suatu potensi objek dan daya tarik wisata, tidak cukup hanya mengandalkan daya tarik yang dimiliki. Bahkan meskipun memiliki aksesibilitas yang baik tidak menjamin wisatawan akan datang dengan sendirinya. Pasar wisatawan yang tersegmentasi membutuhkan strategi dan pengelolaan kawasan yang berbeda jika kita ingin memperluas segmen pasar pengunjung. Demikian juga dengan program pemasaran dan promosi yang dilakukan perlu disesuaikan dengan target pasar wisatawan kita. Bukan tidak mungkin jika objek wisata berskala lokal pun bisa “go international”.

(Pusat Penelitian Kepariwisataan ITB - http://www.p2par-itb.orgIr/ - Oleh: Ina Herliana Koswara, M.Sc. Kelompok Penelitian dan Pengembangan Pariwisata Institut Teknologi Bandung)
_____________________________________________________
http://www.facebook.com/topic.php?uid=28224402628&topic=5457

LALAB DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT SUNDA

Lalab makanan khas sunda
Dalam budaya dan kehidupan masyarakat Sunda, lalab sudah merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan sejak dahulu. Kalau dahulu lalab memiliki arti tersendiri dalam kehidupan tradisi di pedesaan, sekarang sudah merupakan bagian dari lingkungan kehidupan modern masyarakat kota. Lalab yang terdiri dari daun, pucuk, buah muda atau biji tanaman segar, sudah merupakan bagian dari program WHO “back to nature” atau makanan kaya serat, mineral dan vitamin untuk kesehatan dan kebugaran.

Lalab atau sayuran merupakan makanan berserat. Karenanya memakan lalab dan sayuran mentah akan banyak manfaatnya untuk kesehatan dan kebugaran tubuh serta kehalusan dan keindahan kulit, terutama untuk kulit muka wanita. Kalau masyarakat Barat (khususnya Eropa dan Amerika) bangga terhadap makanan segar asal tanaman yang disebut salads, maka masyarakat Indonesia juga bangga dengan “lalab” khususnya bagi kalangan masyarakat Sunda.

Obat peningkat “gairah”, tidak selamanya harus berasal dari obat hasil pabrikan yang mengandung banyak unsur kimia. Dalam hal ini kalau terus menerus dikonsumsi akan mempunyai efek samping. Obat-obatan yang berasal dari bahan-bahan alami seperti tanaman khususnya bagian dari tertentu yang berkhasiat sebagai obat dapat meningkatkan gairah.

Lalab “Tempo Doeloe”
Dari catatan lama tentang adat, kebiasaan dan tradisi orang Sunda, yang disebut lalab “tempo doeloe” umumnya berbentuk daun muda atau pucuk tanaman dari tumbuh-tumbuhan liar, baik yang ditemukan di hutan, sawah, kebun serta tempat-tempat lainnya. Jenis-jenis dari tanaman lalab tempo doeloe yang sekarang masih ada bahkan masih bisa dibeli atau didapatkan, serta jenis tanaman yang hanya tinggal kenangan merupakan masalah yang belum banyak dibicarakan. Misalnya saja antanan, gelang, gewor, godobos, jotang, jonge, sintrong dan senggang, saat ini masih bisa didapatkan di pedesaan. Walau dalam keadaan sudah langka, lalab tempo doeloe seperti bunut, jambu mede, jambu bol, koang, kosambi, kemang, kihapit, lampeni, mareme, putat dan sebagainya, kadang-kadang masih bisa ditemukan juga.

Lalab di Tempat Kondangan
Kehadiran lalab - sambal pada acara kondangan di Jawa Barat, sudah merupakan hal yang umum dan biasa. Misalnya untuk mengurangi peningkatan kadar kolesterol dalam darah yang diakibatkan makanan berlemak, dengan memakan lalab akan banyak menolong dalam menurunkan kadar lemak dalam darah. Tercatat lebih dari 10 jenis lalab yang umumnya ditemukan pada acara kondangan seperti kubis, buncis, ketimun, labu muda, paria, kacang panjang, imba (kedondong cina), daun ketela, terung, tespong dan surawung.

Lalab di Rumah Makan Sunda
Keberadaan rumah makan ke-Sunda-an ternyata bukan hanya di daerah Jawa Barat saja, tetapi sudah merambah ke daerah di luar Jawa Barat. Lalab sambal merupakan daya tarik yang khas pada rumah makan Sunda disamping pepes ikan, cobek ikan, ikan bakar dan sebagainya. Rasanya makanan kurang nikmat kalau didalam menunya tidak terhidang lalab dengan sambalnya. Beberapa jenis lalab yang sudah biasa dihidangkan adalah daun ketela pohon, jaat, jengkol, leunca, petai, seladah air, serawung, terung dan tespong.

Lalab dan Penyakit Masa Kini
Tanaman sejak pucuk, daun, bunga, buah, batang dan umbi mengandung zat gizi yang baik untuk pertumbuhan dan kesehatan tubuh. Beberapa lalab yang berkhasiat untuk pencegahan dan penyakit adalah sebagai berikut:
  • Kencing manis/diabetes mellitus: bisa diobati dengan 3 jenis makanan/lalab, yaitu koneng gede, temulawak, jengkol dan petai.
  • Penyakit Maag: bisa diobati dengan kunyit (kunir atau koneng), caranya adalah dengan memarut kunyit, tambahkan air matang, disaring tambahkan sebutir kuning telur, dan diminum setiap hari setelah sarapan pagi.
  • Obat lemah syahwat dan awet muda: Dengan mencampur 5 buah kembang sirih kering ditambah sedikit merica dan ragi kue, digerus hingga hancur menjadi tepung.
  • Obat peningkat “gairah”: Kalau rutin memakan biji wijen, biji waluh/labu besar, ginseng, dikeringkan dan dibuat serbuk serta diseduh air akan bisa meningkatkan gairah.
  • Bau mulut dan badan: Dengan sering makan lalab daun beluntas atau meminum rebusan daun sirih.

LALAB DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT SUNDA
Seni dan Budaya oleh Admin [SUNDANET]

Objek Wisata Wanayasa & Sekitarnya

objek wisata alam cilbukan
wanayasa purwakarta
Wanayasa sebagai objek wisata karena berlokasikan dikaki Gunung Burangrang yang mana enaklah dinikmati khususnya para penikmat wisata alam. Wanayasa memiliki tempat wisata seperti Situ Wanayasa, Curug Cipurut, dan Kolam Renang Cibulakan yang mana airnya langsung dari sumber mata air dan jernih pastinya. Kalou Wisata yang ada disekitar Wanayasa adalah cipanas sumber air panas, kolam renang di Bojong.

Situ Wanayasa
Situ Wanayasa terletak di Desa Wanayasa, Kecamatan Wanayasa, sekitar 23 km dari Kota Purwakarta atau 83 km dari Bandung. Situ Wanayasa, merupakan sebuah danau (situ) dengan luas sekitar 7 hektar, dikelilingi pohon-pohon, bukit-bukit hijau, air danaunya bersih dan alami. Memiliki ketinggian sekitar 600 meter dari permukaan laut dengan temperatur udara rata-rata berkisar antara 17 sampai dengan 20 derajat Celsius.yang tampak gambar di atas adalah sebuah bukit kecil yang di tumbuhi oleh pohon pinus, dan bukit ini terletak di tengah tengah situ wanayasa.

Prasarana yang sudah tersedia, listrik, telepon dan kendaraan umum. Untuk meningkatkan akses dan kenyamanan bagi pengunjung, jalan menuju Situ Wanayasa telah dihotmix, penataan Gedung Kewedanaan menjadi sarana aktifitas kebudayaaan dan pembangunan sarana wisata berupa Guest House. Pada tahun 2007 Badan Pariwisata Kabupaten Purwakarta telah melakukan upaya penataan kawasan Situ Wanayasa, antara lain pembuatan gazebo, yang dapat dimanfaatkan pengunjung untuk tempat beristirahat sambil menikmati keindahan panorama Situ Wanayasa, selain itu pula telah dibuat juga jembatan semi permanen yang menghubungkan dari sisi ke pulau kecil yang terletak ditengah situ, sehingga kini pulau kecil yang berada ditengah situ dapat dicapai pengunjung dengan mudah, dimana dalam tahun yang sama telah dilakukan pula penataan taman ditengah Situ tersebut, antara lain penyediaan beberapa tempat duduk yang dapat dipakai pengunjung untuk bersantai. Untuk sarana wisata air yang ada pada saat ini ( 7 unit sepeda air) belum dapat dioperasikan, pada saat ini sedang disusun regulasi/juknis untuk pengoperasian dan pengamanan sarana wisata air tersebut.

Situ Wanayasa merupakan kawasan wisata yang sangat potensial untuk dikembangkan, karena secara geografis pariwisata, terletak di antara Tangkuban Parahu, Ciater dan danau Jatiluhur

Situ Wanayasa by
[www.wisatanesia.com]

Curug Cipurut
Terletak di kaki Gunung Burangrang, Curug Cipurut menghadirkan pemandangan alam yang sangat indah. Barisan pohon pinus yang menjulang tinggi di punggung Gunung Burangrang, serta hamparan sawah dan kebun teh yang menghijau membuat rasa lelah para pengunjung seakan sirna dengan melihat keindahan alam menuju Curug Cipurut. Udara dingin, air yang bersih sedingin es menambah keelokan disekitar lokasi wisata air ini. Tak heran, semakin hari semakin bertambah para pengunjung yang berwisata ke Curug Cipurut ini. Terlebih jika hari libur sekolah atau hari – hari libur lainnya banyak wisatawan yang tak hanya sekedar berkunjung tapi juga berkemah disekitar air terjun.

[curug cipurut] Selengkapnya!
[http://lovanieea.blogspot.com]

Cibulakan (Kolam Renang Mata Air)
Cibulakan adalah nama tempat wisata air yang ada di Wanayasa yang bisa dikunjungi. Sebuah kolam renang dengan sumber airnya dari Mata Air yang berada di lantai kolam. Karena itu, tak heran jika lantai kolam tidak di tembok seperti kolam renang umumnya, tetapi beralaskan batu – batuan alami yang berada di dasar kolam.
Pada zaman penjajahan Belanda, kolam ini merupakan tempat pemandian bagi para tentara kompeni Belanda yang menduduki Wanayasa.

Kolam berukuran cukup luas ini berada di Timur Wanayasa, tepatnya diseberang jalan SLTP Negeri I Wanayasa. Dikelilingi oleh sawah dan kebun, dan tidak jauh dari perumahan penduduk.

[Cibulakan] Selengkapnya!
[lovanieea.blogspot.com]

Wisata di Sekitar Wanayasa

Mata Air Panas
Cipanas orang bilang karena ada sumber mata air panas disana, letak tempat di ciracas. Tempatnya belum meyakinkan atau enak buat mandi karena dibuka untuk umum dan wajar saja karena untuk mandi disitu kita tidaklah perlu bayar jadi nih bisa di bilang wisata gratis yah modal ongkos kesitu aja kali. Sumber mata air panas sekarang ada 2 tempat disitu yang pertama dibikin bak kecil untuk berendam dan yang kedua itu bersebelahan dengan musolah dan mandinya kita pake gayung alias di siukan kata orang sunda mah, yah emang bagi yang tidak terbiasa mungkin ini masuk kategori wisata extrimmm wkakka tapi yah gak lah yah sudah mungkin saja klo lagi iseng mau kesana yah cobalah!

Kolam Renang & Wisata Bojong
Kolam renang buatan tapi yah cocoklah buat ngehibur anak-anak. Lokasi terletak di kecamatan Bojong dekata lapangan bola.

Silahkan selengkanya! klik [kolam renang  dibojong]
[kafein4u.wordpress.com]

gambar cibulakan
@http://lovanieea.blogspot.com

Makanan khas Purwakarta

Sate Maranggi, yang membedakan dengan sate lainnya adalah bumbu kecapnya yang diolah hingga memiliki cita rasa unik-asam, manis, pedas. Disamping sate maranggi, rumah-rumah makan khas Sunda yang menyajikan ikan bakar, pepes, ayam goreng lengkap dengan sambal dadakan juga banyak terdapat di Purwakarta.Oleh-oleh khas Purwakarta adalah simping, peuyeum Bendul, gula aren Cikeris, manisan pala, teh hijau, colenak, dan opak.

sumber: http://wisatapurwakarta.indonesiatravel.biz/kuliner

WISATA ALAM JATILUHUR PURWAKARTA

Jatiluhur adalah sala satu Tempat wisata yang ada Purwakarta, yang berupa waduk, pembangkit listrik, yang dulunya dikenal dengan sungai Citarum. Jatiluhur disamping berfungsi sebagai pembangkit listrik ternyata sangat bagus sebagai tempat wisata bagi anda yang ingin berwisata ke sana, biasanya jatiluhur ramai dikunjungi wisatawan pada hari hari libur. selain menikmati panorama bendungan yang terbentang luas jatiluhur juga sebagai tempat memancing ikan bahkan tidak jarang para wisatawan ketika berkunjung ke jatiluhur membawa peralatan pancing.

Bagi anda yang ingin menikmati kolam renag untuk bersantai ria bersama keluarga sudah tersedia kolam renag tentunya dengan membeli karcis dengan harga yang telah di tentulan..jika anda dari luar kota bahkan luar propinsi yang ingin berwisata tak ada salahnya anda maencoba wisata alam jatiluhur di jamin anda akan puas, bagi anda yang ingin mengelilingi bendungan sudah tersedia jasa pengantar memakai perahu mesin yang mana harganya berpareasi jadi tergantung nego dengan pemilik perahu.. selamat berkunjung ke alam wisata jatiluhur..

Obyek wisata Jatiluhur terletak 9 km dari kota Purwakarta, terkenal dengan Bendungan Ir. H. Juanda, dengan panorama danau yang luasnya 8.300 ha. Bendungan ini mulai dibangun sejak tahun 1957, dapat menampung tidak kurang 3 milyar3 air Sungai Citarum dan merupakan waduk serbaguna pertama di Indonesia.

Di dalamn Bendungan Ir. H. Juanda, terpasang 6 unit turbin dengan daya terpasang 187 MW dan produksi tenaga listrik rata-rata 1000 juta kwh setiap tahun. Selain dari itu, memiliki fungsi penyediaan air irigasi untuk 242.000 ha sawah (dua kali tanam setahun), air baku air minum, budi daya perikanan dan pengendali banjir.

Selain berfungsi sebagai PLTA dengan sistem limpasan terbesar di dunia, kawasan Jatiluhur memiliki banyak fasilitas rekreasi yang memadai, seperi hotel dan bungalow, bar dan restaurant, lapangan tenis, bilyard, perkemahan, kolam renang, ruang pertemuan, sarana rekreasi dan olahraga air, playground dan fasilitas lainnya. Sarana olahraga dan rekreasi air misalnya mendayung, selancar angin, kapal pesiar, ski air, boating dan lainnya.

Di perairan Danau Jatiluhur ini juga terdapat Budi daya Ikan Keramba Jaring Apung, yang menjadi daya tarik tersendiri. Di waktu siang atau dalam keheningan malam kita dapat memancing penuh ketenangan sambil menikmati ikan bakar.

Dikawasan ini pula kita dapat melihat Stasiun Satelit Bumi yang dikelola oleh PT. Indosat, sebagai alat komunikasi internasional. Jenis layanan yang disediakan antara lain international toll free serlvice (ITFS), Indosat Calling Card (ICC), international direct dan lainnya. Terletak 7 km dari kota Purwakarta.

[www.purwakarta.go.id]
ucu-campaka.blogspot.com
wisata alam jatiluhur purwakarta by DIMAS

Peninggalan Sejarah Di Purwakarta : Maknanya Bagi Jati Diri Masyarakat

Dr. A. Sobana Hardjasaputra, S.S., M.A.[1]

PENDAHULUAN

Pembicaraan mengenai makna peninggalan sejarah memerlukan waktu yang cukup memadai, karena pemahaman mengenai makna peninggalan sejarah menyangkut tiga hal yang saling berkaitan. Pertama, memiliki kesadaran sejarah yang cukup tinggi. Kedua, memahami nilai benda peninggalan sejarah, baik nilai konkret maupun nilai abstrak (nilai yang memiliki makna filosofis). Ketiga, memahami fungsi sejarah, baik fungsi intrinsik maupun fungsi ekstrinsik[2]). Ketiga hal tersebut merupakan landasan untuk memahami makna peninggalan sejarah.

Oleh karena waktu yang tersedia untuk membicarakan masalah tersebut sangat pendek, maka makna peninggalan sejarah di Purwakarta hanya dikemukakan secara garis besar. Pembahasan ditekankan pada inti maknanya bagi jati diri, khususnya jati diri masyarakat Purwakarta.

PENINGGALAN SEJARAH DI PURWAKARTA

Sejarah Purwakarta mencakup kurun waktu sangat panjang. Bertolak dari berdirinya kota Purwakarta tahun 1831 (20 Juli 1831), perjalanan sejarah Purwakarta mencakup waktu lebih dari satu setengah abad. Dalam kurun waktu itu, sejarah Purwakarta secara garis besar mencakup tiga zaman, yaitu Zaman Penjajahan Belanda (1831-1942), Zaman Pendudukan Jepang (1942-1945), dan Zaman Kemerdekaan yang diawali oleh Zaman Revolusi Kemerdekaan (1945-sekarang).

Pada setiap zaman terjadi peristiwa-peristiwa penting, baik berskala besar maupun kecil. Peristiwa-peristiwa itu meninggalkan "saksi bisu", yaitu benda-benda peninggalan sejarah. Sesuai dengan tema seminar, yaitu Peninggalan Sejarah Sebagai Obyek Wisata di Purwakarta, peninggalan sejarah di Purwakarta yang akan dibicarakan adalah peninggalan sejarah yang berupa bangunan dan tempat/lahan (situs sejarah).

a.

Bangunan

:

Bumi Ageung, Pendopo, Masjid Agung, Gedong Kembar gedung bekas kantor keresiden, dan stasion kereta api.

b.

Tempat/Lahan

:

Situ Buleud dan tempat bekas pertempuran.

Di antara peninggalan sejarah (benda-benda bernilai sejarah) itu, Gedong Kembar dan Stasion Kereta Api, terkesan kurang terawat.

MAKNA PENINGGALAN SEJARAH BAGI JATI DIRI

Terlepas dari kondisi fisiknya, peninggalan sejarah tersebut, bila dikaji secara seksama, memiliki arti penting bagi masyarakat dan juga pemerintah daerah Purwakarta untuk lebih memahami jati dirinya. Dalam arti luas, jati diri bukan hanya mengacu pada awal keberadaan masyarakat, tetapi mencakup jati diri masyarakat dari generasi ke generasi yang menyangkut kiprah yang menunjukkan kepribadian dan budaya masyarakat yang bersangkutan.

Seperti telah dikemukakan, untuk memahami makna peninggalan sejarah, kita harus memiliki kesadaran sejarah cukup tinggi. Dalam hal ini, masyarakat Purwakarta seyogyanya mengetahui sejarah daerahnya. Sekarang, sejarah Purwakarta yang mencakup tiga zaman seperti telah disebutkan, telah disusun dengan uraian cukup komprehensif.

Jika sejarah Purwakarta diketahui dengan baik, maka akan dipahami beberapa hal yang menyangkut benda-benda peninggalan sejarah di Purwakarta. Beberapa hal yang akan dipahami adalah:

keterkaitan benda-benda peninggalan sejarah dengan peristiwa tertentu; letak dan kadar nilai benda-benda itu, baik nilai sejarah maupun nilai budaya dan nilai lain; makna yang terkandung dalam nilai benda-benda peninggalan sejarah.

Berlandaskan pemahaman akan hal-hal tersebut – lebih-lebih bila disertai oleh pemahaman akan fungsi sejarah –, akan dipahami bahwa fungsi, nilai, dan makna benda-benda peninggalan sejarah itu erat kaitannya atau merupakan bagian yang tak terpisahkan dari jati diri masyarakat daerah yang bersangkutan.

Dengan diketahuinya fungsi dan keterkaitan Bumi Ageung, pendopo kabupaten, Masjid Agung dan Situ Buleud dengan momentum berdirinya kota Purwakarta yang diresmikan tanggal 20 Juli 1831[3]), akan dipahami bahwa bangunan-bangunan dan tempat itu merupakan "tonggak" sejarah Purwakarta sekaligus "tonggak" jati diri masyarakat Purwakarta. Dikatakan demikian, karena ketiga bangunan dan Situ Buleud itu merupakan infrastruktur pertama kota Purwakarta yang dibangun oleh masyarakat Purwakarta. Bumi Ageung, pendopo Situ Buleud dan Masjid Agung dibangun antara tahun 1830-1831. Dengan kata lain, awal keberadaan benda-benda itu menunjukkan awal munculnya masyarakat Purwakarta dalam panggung sejarah.

Pemahaman fungsi sejarah sebagai media informasi dan media pembelajaran, akan memperkuat arti penting makna benda-benda peninggalan sejarah bagi pemahaman jati diri. Sejarah Jawa Barat menginformasikan, bahwa pada zaman pemerintahan Hindia Belanda, beberapa pendopo kabupaten di Jawa Barat yang semula dibangun oleh pemerintah pribumi (kabupaten) dengan arsitektur tradisional, diubah oleh pemerintah kolonial menjadi bangunan permanen dengan arsitektur modern. Akan tetapi pendopo di kota Purwakarta dan Bandung hampir tidak mengalami perubahan. Hal itu mengandung pelajaran, bahwa masyarakat di kedua daerah itu, yang diwakili oleh tokoh masyarakat, khususnya bupati, memelihara dan mempertahankan "tonggak" jati diri, walaupun mereka berada di bawah kekuasaan penjajah (kolonial Belanda).

Seperti diketahui, khususnya oleh masyarakat Purwakarta, sebagian bangunan bersejarah di kota itu, seperti Gedong Kembar, bekas kantor keresidenan, dan stasion kereta api, didirikan atas prakarsa pihak kolonial. Namun demikian, makna bangunan-bangunan itu pun tidak terpisahkan dari eksistensi masyarakat Purwakarta.

Selain Situ Buleud, di daerah Purwakarta juga terdapat tempat lain yang bernilai sejarah, yaitu tempat-tempat bekas terjadinya pertempuran dalam rangka mempertahankan kemerdekaan (zaman revolusi kemerdekaan). Tempat-tempat itu merupakan "saksi bisu" akan sikap dan semangat juang mempertahankan kemerdekaan dan kepribadian. Secara filosofis, kemerdekaan merupakan unsur jati diri. Bila kita tidak merdeka karena tindakan anasir asing, kita akan kehilangan kepribadian yang berarti kehilangan jati diri.

Semua bangunan dan tempat bernilai sejarah tersebut, sampai sekarang masih ada. Berarti peninggalan sejarah itu – disadari ataupun tidak – merupakan bagian dari jati diri masyarakat Purwakarta yang memiliki makna atau fungsi sebagai media pemahaman jati diri masyarakat dari generasi ke generasi. Dengan kata lain, peninggalan sejarah itu merupakan cerminan eksistensi masyarakat Purwakarta dalam perjalanan sejarahnya. Melalui pemahaman sejarah, akan diketahui gambaran kekuatan, kelemahan, keberhasilan, dan kegagalan dalam proses kehidupan masyarakat atau bangsa, bahkan individu.

Secara teori dan filosofis, pemahaman secara baik akan hal-hal tersebut, akan menjadi motivasi untuk meningkatkan etos kerja atau semangat dalam menjalani kehidupan. Hal itu merupakan faktor dasar sekaligus potensi yang penting artinya bagi pemerintah daerah dalam melaksanakan pembangunan daerah, termasuk di dalamnya pembangunan/ pembinaan masyarakat.

Pemahaman akan hal-hal tersebut, seharusnya lebih menyadarkan pemerintah daerah dan masyarakat untuk memelihara dan melestarikan peninggalan sejarah, seperti diamanatkan oleh Undang-Undang No. Tahun 1992[4]) Tentang Benda Cagar Budaya. Berdasarkan usia dan nilainya, peninggalan sejarah di Purwakarta tersebut di atas sudah termasuk benda cagar budaya (BCB). Undang-undang itu (Pasal 5 ayat 1 dan Pasal 19 ayat 1) menegaskan, bahwa BCB harus dipelihara dan dilestarikan, karena memiliki arti penting bagi penelitian sejarah, ilmu pengetahuan, dan bagi kemajuan kehidupan sosial budaya.

Amanat undang-undang tersebut secara tersirat menunjukkan, bahwa peninggalan sejarah yang notabene memiliki nilai budaya, merupa-kan salah satu unsur atau bagian dari jati diri. Dikatakan demikian, karena jati diri merupakan akar budaya masyarakat yang bersangkutan. Dalam hal itu, makna pokok peninggalan sejarah bagi jati diri masyarakat atau bangsa.

PENUTUP

Dari pembicaraan mengenai makna peninggalan sejarah – meskipun secara garis besar – dapat disimpulkan, bahwa peninggalan sejarah adalah bagian dari jati diri masyarakat atau bangsa. Pemahaman tentang hal itu akan diperoleh dengan baik apabila warga masyarakat memiliki kesadaran sejarah cukup tinggi dan dilandasi oleh sikap kritis, sehingga sejarah dipahami fungsi dan maknanya.

Mengenai pentingan makna sejarah bagi jati diri, sejarawan Arthur Schopenhauer mengatakan: "Hanya melalui sejarah, suatu bangsa menjadi sadar secara sempurna akan jati dirinya". Senada dengan pernyataan itu, Try Sutrisno selaku Wakil Presiden RI, dalam pidato sambutan pada pembukaan Kongres Nasional Sejarah di Jakarta tanggal 12 November 1996, antara lain menyatakan: "Sejarah sangat dibutuhkan dan penting dipahami oleh masyarakat dalam rangka menemukan dan memupuk jati diri bangsa, guna mampu merancang dan mempersiapkan kehidupannya di masa mendatang". Kedua pernyataan itu pun, secara tersirat menunjukkan pentingnya makna peninggalan sejarah bagi jati diri.

Berdasarkan hal-hal tersebut, perkenankan saya mengimbau, hendaknya masyarakat Purwakarta, terutama para tokoh masyarakat dan tokoh pemerintahan, mengetahui sejarah Purwakarta dengan baik, agar pernyataan kedua toloh tersebut (Arthur Schopenhauer dan Try Sutrisno) dan ungkapan "sejarah sebagai obor kebenaran" bukan sekedar slogan, tetapi benar-benar dipahami dan dirasakan.

Selain itu, Pemerintah Kabupaten Purwakarta – bila belum memiliki – segera menyusun Perda mengenai pemeliharaan/pelestarian BCB dengan melibatkan pakar bidang terkait. Perda yang dilampiri uraian Undang-Undang No. 5 Tahun 1992, disosialisasikan kepada masyarakat secara luas. Dengan demikian, warga masyarakat akan lebih memahami arti penting dan makna peninggalan sejarah, baik bagi jati diri maupun untuk kemajuan masyarakat dan pembangunan daerah, karena BCB selain obyek sejarah, juga merupakan aset wisata yang potensial. Pemeliharaan dan pemanfaatan obyek sejarah dengan baik, merupakan cerminan dari adanya kesadaran sejarah.

SUMBER ACUAN

Abdullah, Taufik (ed.). 1985. Sejarah Lokal di Indonesia; Kumpulan Tulisan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Alfian, T. Ibrahim. 1985. Sejarah dan Permasalahan Masa Kini. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Pada Fakultas Sastra Universitas Gadjah Mada, 12 Agustus 1985.

Ayatrohaedi (peny.). 1985. Pemikiran Tentang Pembinaan Kesadaran Sejarah. Jakarta: Depdikbud. Disjarahnitra. Proyek Pembinaan Kesadaran Sejarah dan Penjernihan Sejarah.

Hardjasaputra, A. Sobana (ed.). 2004. Inventarisasi Data Bangunan Bersejarah dan Toponimi. Bandung: Dinas Pariwisata Kota Bandung & Yayasan Kebudayaan Purbatisti.

--------. 2005. Nilai Benda Cagar Budaya dan Peranan Baing Yusuf di Purwakarta. Purwakarta: Dinas Kabudayaan dan Pariwisata Kabupaten Purwakarta.

Kunto, Haryoto. 2000. Nasib Bangunan Bersejarah di Kota Bandung. Bandung: Granesia.

Kuntowijoyo. 2001. Pengantar Ilmu Sejarah. Cet. IV. Jogjakarta: Yayasan Bentang Budaya.

Walsh, W.H. 1970. An Introduction to Philosophy of History. London: hutchinson University Library.

[1] Sejarawan Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran Bandung

[2]) Fungsi instrinsik mengacu pada fungsi sejarah sebagai ilmu. Fungsi ekstrinsik mengacu pada fungsi pragmatis sejarah sebagai media pendidikan atau pembelajaran.

[3]) Atas dasar itulah sekarang tanggal tersebut ditetapkan sebagai hari jadi Purwakarta.

[4]) Revisi dari Monumenten Ordonantie Nomor 19 Tahun 1931/Nomor 21 Tahun 1934.

Sumber: Makalah disampaikan dalam "Seminar Sejarah tentang Peninggalan Sejarah sebagai Obyek Wisata di Kabupaten Purwakarta" di Bandung tanggal 26 Juni 2007.

Peninggalan Sejarah Di Purwakarta : Maknanya Bagi Jati Diri Masyarakat
by BPSNT Bandung

Panorama situ wanayasa Wow..

Situ Wanayasa Adalah Sebuah telaga yang terletak disebuah Kecamatan wanayasa, kabupaten Purwakarta. Kata Situ (bahasa Sunda) kalou dalam bahasa Indonesia sama dengan Telaga. Situ Wanayasa letak dan tempatnya cukup strategis karena terletak di Jalan Raya Wanayasa Purwakarta sedang Jalan tersebut sering dilalui para wisatawan yang mau pergi ke Ciater atau ke Tangkuban perahu dari Jakarta Kadang kala orang Cianjur pun suka melewatinya akhirnya Situ Wanayasa sering jadi persinggahan dan tempat melepas lelas dan cape sambil menikmati suasana keindahan telaga tersebut karena disitu pula kalou misalkan masih siang dan hari cerah maka kita bisa melihat keindahan gunung burangrang yang berwarna hijau nan indah untuk dilihat. Suasana Situ wanayasa sejuk dengan nuansa pegunungnya dan disana pun ada para pedagang yang mejual makanan sehingga kita bisa duduk santai sambil makan. Situ Wanayasa punya sebuah pulau kecil ditengah yang mana disitu ditumbuhi pohon pines yang sudah menjulang tinggi, para wisatawan atau para pengunjung biasanya pada naik rakit untuk sampai kpulau tersebut.
Copy Paste@kafein4u