[KRITIK] Mental dan Prilaku Orang Sunda

Kritikan yang saya baca di Tempointeraktif oleh Ajip Rosidi menurut saya sangatlah emang kenyataannya sekarang yah begitulah orang Sunda sekarang kurang lebih benar adanya mental dan perilakunya camen abis, termasuk saya,. akan tetapi semua itu akan bisa kita selesaikan secara bersama-sama karena saya pikir dengan sendiri saya tidak akan bisa, yuk mari orang Sunda kita perbaiki mental dan prilaku kita sebagai orang sunda.

Kenapa sih kita harus bisa memperbaiki Mental dan Prilaku kita sebagai orang Sunda? apa tidak mengganggu persatuan dan kesatuan kita sebagai warga negara Indonesia, yah menurut saya pribadi sih gimana kita mau memperbaiki mental bangsa ini yang banyak suku, bahasa yang berbeda-beda untuk memperbaiki diri sendiri aja tidak bisa jadi seperti yang banyak orang bilang dan saya pikir kita mulai dari diri sendiri. Jadi untuk karena kita terlahir dari orang sunda khususnya perbaikilah untuk langkah awal yah dari diri sendiri yang ujung juga akan memperbaik mental dan prilaku bangsa ini.. ah muter2 nih maklum bukan seorang penulis.

Ajip Rosidi. TEMPO/Yosep Arkian
Nah kita baca aja langsung Kritikan Ajip Rosidi Tentang Orang Sunda Budayawan Sunda Ajip Rosidi melontarkan kritik pedas soal mental dan perilaku orang Sunda. Kritik itu disampaikannya lewat orasi ilmiah saat menerima penganugerahan gelar Doktor Honoris Causa di bidang Ilmu Budaya pada Fakultas Sastra dari Universitas Padjadjaran, di aula kampus itu di Jalan Dipati Ukur, Bandung, Senin (31/1).

Ajip memulai pidatonya tentang kondisi orang Sunda yang jarang tampil di gelanggang nasional sejak lama, padahal jumlahnya secara kesukuan nomor dua diantara suku-suku bangsa yang membentuk Indonesia. Tidak ada orang Sunda yang menjadi presiden. Adapun yang menjadi Wakil Presiden hanya satu orang dan tidak menunjukkan prestasi yang membanggakan. "Mungkin karena merasa menjadi ban serep saja," katanya, Senin (31/1).

Orang Sunda yang menjadi pejabat negara dan duduk di parlemen pun jumlahnya sedikit. Selanjutnya Ajip merunut kiprah orang-orang Sunda sejak jaman pergerakan sebelum proklamasi kemerdekaan dan sesudahnya berdasarkan catatan sejarah. Kegelisahan tentang perasaan orang Sunda yang seakan-akan tidak dihargai dalam lingkungan nasional itu muncul hampir seabad lalu.

Ajip mengutip ucapan siswa STOVIA Dajat Hidajat pada 1913 saat menggagas Pagoejoeban Pasoendan yang terbentuk pada 1915. Dajat mempersoalkan sedikitnya orang Sunda yang menjadi siswa kedokteran dibanding suku Jawa dan Melayu. Ia pun menyinggung berbagai jabatan di Tanah Pasundan yang disandang suku lain. "Keadaan orang Sunda di Tatar Sunda rasanya tak banyak bedanya, bahkan lebih menyedihkan," kata Ajip.

Menurut dia, orang Sunda banyak yang suka menipu diri sendiri dengan jalan menutupi kenyataan dan kata-kata yang menyenangkan hati sendiri. Misalnya, orang Sunda itu berbudi halus, suka mengalah, dan selalu mendahulukan orang lain. Kenyataannya banyak orang Sunda yang mau melakukan apa saja demi kedudukan. "Artinya munafik, perkataan tidak sesuai dengan kata hati dan keinginannya," ujarnya.

Kemunafikan itu dianggap wajar akibat feodalisme yang masih tebal pengaruhnya dalam kehidupan orang Sunda. Pengaruh feodalisme Jawa setelah dijajah kerajaan Mataram pada 1624-1708, kata Ajip, melahirkan tingkatan (undak usuk) bahasa Sunda, serta takut menyatakan pendapat secara terus terang.

Adapun akibat penjajahan Belanda, orang Sunda menjadi terbiasa mengabdi, memiliki mentalitas ingin terpakai oleh majikan atau atasan, dan tidak berani bersaing dengan orang lain.

Ajip Rosidi, 73 tahun, dilahirkan di Jatiwangi, Majalengka, Jawa Barat, pada 31 Januari 1938. Kiprahnya sebagai sastrawan dengan membuat sajak dan cerita pendek dirintisnya sejak duduk di bangku sekolah menengah pertama di Jakarta pada 1953.

ANWAR SISWADI
Inilah Kritik Ajip Rosidi Tentang Orang Sunda

Tidak ada komentar:

Posting Komentar